Jakarta, aktual.com – Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyoroti sikap asosiasi yang sepakat menurunkan harga tiket penerbangan domestik, menyusul lembaga tersebut menganggap keputusan sebelumnya untuk menaikkan tarif mengejutkan masyarakat.

“Jika mau menaikkan tarif, idealnya maskapai menaikkan tarif secara bertahap. Jangan terlalu signifikan besarannya sehingga masyarakat tidak kaget seperti sekarang,” kata Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi saat dihubungi, Minggu (13/1).

YLKI menilai, pada beberapa waktu lalu maskapai penerbangan terlalu besar menaikkan harga tiket pesawat, besarannya mencapai 85 persen dari harga normal.

“Tentu saja masyarakat kaget,” kata Tulus.

Kenaikan harga tiket pesawat semakin membebani konsumen karena sejumlah maskapai penerbangan bertarif biaya murah tidak lagi menggratiskan biaya bagasi.

Untuk beberapa rute penerbangan, biaya bagasi bisa menjadi lebih mahal daripada harga tiket pesawat.

Untuk menjawab polemik harga tiket pesawat ini, YLKI meminta Kementerian Perhubungan(Kemenhub) untuk mengatur besaran bagasi berbayar agar tarifnya tidak melampaui batas maksimum tarif pesawat dengan kategori layanan medium (medium services).

YLKI juga mendorong pemerintah untuk memberikan insentif untuk industri penerbangan nasional agar harga tiket pesawat tetap terjangkau konsumen. Harga tiket pesawat yang terjangkau diyakini tidak mengganggu mobilitas dan perekonomian nasional, terutama untuk sektor pariwisata.

“Ironis, kan, kalau warga Indonesia malah berwisata ke luar negeri karena tarif pesawatnya lebih murah,” ujar Tulus.

Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) sepakat menurunkan harga tiket pesawat terbang saat jumpa pers di Jakarta, Minggu sore.

“Kami berkomitmen untuk menurunkan harga tiket. Kami sejak minggu lalu, khususnya Jumat, sudah menurunkan tarif harga domestik,” kata Ketua INACA, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra.

Pemberitaan beberapa hari terakhir ini menyoroti warga Banda Aceh yang memilih penerbangan transit ke Malaysia untuk pergi ke Jakarta karena harga tiket yang lebih murah dibandingkan rute Aceh-Jakarta.

Akibatnya, mereka harus membuat paspor agar dapat transit di Malaysia demi mendapat harga tiket pesawat yang terjangkau.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Zaenal Arifin