Karyawati menunjukkan mata uang Yuan di salah satu tempat penukaran valuta asing di Jakarta, Senin (30/11). Dana Moneter Internasional (IMF) secara resmi memasukan Yuan ke dalam special drawing rights (SDR) atau aset cadangan internasional sebagai mata uang elite dunia, menyusul dolar AS, euro, poundsterling Inggris, dan yen Jepang. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/aww/15.

Jakarta, Aktual.com – Gencarnya dana-dana perbankan yang masuk ke sektor infrastruktur dianggap telah menganggu likuiditas perbankan nasional. Apalagi dana-dana infrastruktur ini lebih banyak jangka panjang.

Sehingga kalau pun posisi likuiditas perbankan dianggap aman, maka hal itu hanya gara-gara adanya dana-dana asing yang masuk ke perbankan. Kondisi ini tentu tak terllau positif karena maaih ada risiko.

“Kondisi likuiditas saat ini dan prospek hingga akhir tahun menunjukan bahwa likuiditas perbankan masih berada dalam posisi yang memadai. Ini terjadi karena arus dana asing yang masuk cukup besar,” ujar Ketua Dewan Komisioner LPS, Halim Alamsyah, di Jakarta, Kamis (14/9).

Proyek infrastruktur selama ini telah menyedot dana bank dalam jumlah besar. Hal ini, kata dia, dikhawatirkan akan menguras likuiditas perbankan yang sangat besar. Namun, dengan masuknya arus dana asing yang masuk ke Indonesia telah “menolong” likuiditas perbankan.

“Saya lihat likuiditas masih aman tahun ini dan tahun depan. Arus dana asing yang masuk ke Indonesia itu cukup besar, sehingga ini telah menolong likuiditas perbankan kita. Saya kira likuiditas masih dalam posisi yang memadai,” ucap dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid