Yang menjadi sorotan dari kinerja keuangan Pertamina justru pada pos laba yang merosot signifikan. Sampai kuartal III tahun ini Pertamina baru mengantongi laba sebesar Rp 5 triliun, turun 85,7% dibandingkan laba periode yang sama tahun sebelumnya, sebesar Rp 35 triliun.

Pihak Pertamina sendiri tidak membantah laba tahun 2018 akan turun signifikan, walaupun laba tahun ini ditargetkan sama dengan realisasi tahun 2017.

“Tentunya berkurang, tapi kami masih akan membukukan laba sampai akhir tahun,” kata Direktur Keuangan Pertamina Pahala N. Mansury beberapa waktu lalu.

Laporan Fitch Rating menyebutkan beban keuangan Pertamina akan bertambah berat karena harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Solar dan Premium tidak naik. Bahkan, peringkat utang perusahaan pelat merah itu terancam turun.

Berdasarkan publikasi Fitch Rating, EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisas Pertamina sepanjang tahun 2018 akan turun di bawah US$ 6 miliar. Padahal, tahun 2017 bisa mencapai US$ 6,9 miliar.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid