Sampit, Aktual.com – Tradisi berbagi bubur asyura setiap tanggal 10 Muharam dalam penanggalan Islam, selalu disambut antusias masyarakat Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

“Saya sudah 12 tahun ikut menyediakan bubur asyura. Kami pada 2018 memasak 40 Kg beras untuk dibuat bubur asyura untuk dibagikan kepada masyarakat. Pada 2017 hanya 25 Kg,” kata Idar, panitia pembagian bubur asyura di Jalan Iskandar Sampit, Kamis (20/9).

Tradisi membuat dan membagikan bubur asyura masih dilestarikan masyarakat Kotawaringin Timur, khususnya di kota Sampit yang meliputi Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan Baamang. Selain di Jalan Iskandar, pembagian bubur asyura juga dilaksanakan di Masjid Kota, kawasan Pasar Keramat dan Kelurahan Baamang Hulu.

Panitia di Masjid Kota memasak 100 Kg beras untuk dijadikan bubur asyura karena masjd itu berada di lingkungan pasar dan pelabuhan sehingga biasanya banyak warga yang datang meminta bubur.

Untuk menjalankan tradisi ini, warga dengan sukarela menyumbang uang maupun barang untuk keperluan membuat bubur asyura.

Mereka meniatkannya sebagai sedekah karena bubur asyura yang sudah masak, dibagikan secara gratis kepada masyarakat.

Masyarakat sangat antusias melaksanakan tradisi ini. Para ibu-ibu melantunkan shalawat di tengah kesibukan menyiapkan bumbu-bumbu, sementara kaum laki-laki bertugas memasak beras hingga menjadi bubur.

Memasak bubur asyura sama seperti masak bubur biasanya. Hanya, bahan yang dicampur dalam membuat bubur asyura, biasanya dilengkapkan 41 jenis bahan dan rempah-rempah seperti sayur dan kacang-kacangan ditambah daging dan telur.

“Setiap tahun makin ramai, makanya jumlah beras yang dimasak juga terus bertambah. Itu pun sampai malam masih ada saja yang mencari, tapi sudah habis,” kata Yunus, warga setempat.

Tidak diketahui persis sejak kapan memasak bubur asyura dianggap tradisi bagi sebagian umat Islam di Sampit. Kegiatan ini dilaksanakan tepat saat tibanya tanggal 10 Muharam, seperti hari ini.

Sebagian warga ada yang mengartikan tradisi itu sebagai simbol tolak bala. Makin banyak jenis bahan yang dicampurkan maka dianggap makin bagus.

Terlepas dari berbagai penafsiran itu, tradisi berbagi bubur asyura dinilai membawa banyak manfaat positif. Yakni meningkatkan jiwa sosial untuk saling berbagi, mempererat silaturahmi serta memperkokoh kebersamaan.

Tradisi memperingati hari Asyura merujuk pada sejarah Islam. Banyak kejadian pada 10 Muharam, di antaranya hari penciptaan alam semesta, hari saat Nabi Nuh diselamatkan dari banjir bandang, hari saat Nabi Musa melintasi laut Merah terbelah ketika dikejar tentara Fir’aun.

Hari Asyura juga saat Nabi Ibrahim selamat dari pembakaran Raja Namrud, hari saat Nabi Yunus keluar dari perut ikan dan kejadian penting lainnya.

Umat Islam dianjurkan berpuasa tasu’a dan asyura, yakni pada 9 dan 10 Muharam. Meski hukumnya puasa sunat, namun banyak orang yang selalu tidak melewatkan puasa dua hari tersebut.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: