Pengunjung bermain di antara sampah yang memenuhi kawasan objek wisata pantai Muaro Lasak, Padang, Sumatera Barat, Rabu (4/1). Intensitas hujan tinggi sejak Senin (2/1) membuat sejumlah sungai mengalami kenaikan debit dan mengalirkan sampah-sampah dari kota ke muara, sehingga menumpuk di tepi pantai. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/pd/17

Jakarta, Aktual.com – Peneliti Pencemaran Laut pada Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Muhammad Reza Cordova mengatakan setiap satu meter persegi (m2) pantai di Indonesia terdapat 1,71 buah sampah plastik.

“Rataan sampah plastik yang ditemukan di seluruh pantai Indonesia setiap bulannya adalah 1,71 buah per m2, dengan berat rata-rata 46,55 gram per m2,” kata Reza kepada Antara di Jakarta, Jumat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, menurut dia, rataan sampah plastik yang tertinggi ditemukan di pantai Sulawesi, yakni mencapai 2,35 buah per m2.

Selanjutnya diikuti dengan pantai Jawa yakni 2,11 buah sampah plastik per m2.

Sedangkan berdasarkan perhitungan kasar dan asumsi sederhana, Reza mengatakan sampah plastik yang masuk ke laut diprediksi mencapai 100.000 hingga 400.000 ton per tahun.

Angka tersebut, menurut dia, tidak termasuk sampah plastik yang masuk dari luar perairan Indonesia. Semua hanya yang berasal dari Indonesia saja.

“Tetapi ini perlu kajian lebih lanjut, sedang kami lakukan. Sehingga bisa mendapatkan data yang lebih detail dan tepat,” katanya.
Reza mengatakan pihaknya masih melanjutkan penelitian terkait sampah plastik ini, termasuk menghitung mikroplastik yang mencemari laut Indonesia.

Sebelumnya ia mengatakan bahwa sampah plastik menjadi salah satu indikasi yang menggambarkan parahnya pencemaran di laut Indonesia.

Plastik yang termakan oleh biota laut akan menganggu kesehatan, terutama saluran pencernaannya secara langsung.

Biota laut yang menelan sampah tersebut, lanjutnya, jadi tidak bisa menyerap nutrisi secara baik. Apalagi jika jumlahnya mencapai hingga puluhan kilogram, tentu mengancam keberadaan biota laut.

Ant

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Dadangsah Dapunta