Malang, Aktual.com – Penyair dan akademikus Dr Tengsoe Tjahjono, MPd menerbitkan buku kumpulan puisi berjudul “60 Kali Oktober” yang diluncurkan bersamaan dengan peringatan ulang tahun kelahirannya yang ke-60 di rumahnya di Malang, Jawa Timur, Minggu (7/10).

Peluncuran buku dosen Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang berisi kumpulan puisi dari 89 penulis, termasuk Tengsoe sendiri itu, dihadiri sejumlah kolega, sastrawan, seniman musik dan akademikus.

Tengsoe mengatakan bahwa peluncuran buku ini merupakan bentuk kesyukuran dirinya yang masih diberi kesehatan dan kemampuan untuk tetap berkarya serta setia dan cinta pada puisi.

“Ini juga upaya merayakan kebersamaan. Semoga kita tetap diberi kesehatan oleh Tuhan. Kita terus berproses bersama yang dipayungi oleh cinta,” ujar peraih gelar doktor sastra dari Universitas Negeri Malang ini.

Ia mengemukakan bahwa kunci dari terus istikamahnya untuk tidak lelah berkarya adalah cinta dan setia. Kesetiaan dan kecintaan pada sastra membuat ia terus memiliki energi untuk berkarya.

Mengenai hadirnya banyak kolega dari berbagai kalangan, ia mengatakan bahwa hal itu dari cinta yang selalu ia tanam dan rawat sebagai hubungan kemanusiaan.

“Saya usahakan setiap detik menuju kebaikan, karena saya merasa belum menjadi manusia baik. Ini supaya yang mencintai saya makin banyak,” katanya.

Sementara pengamat sastra Dr H Sutejo, MHum mengapresiasi keteguhan Tengsoe menjaga keistikamahan dalam menggeluti dalamnya makna kata.

“Karya-karya Tengsoe yang saya tahu, sederhana, tidak rumit dan komunikatif. Bahkan kalau boleh saya bilang cenderung ateori,” kata penggagas Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo ini.

Yusri Fajar, akademikus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang, menyatakan bahwa Tengsoe merupakan sosok sastrawan yang juga dosen yang berbeda karena mau hadir ke komunitas-komunitas dan tidak mengungkung diri dalam dunianya.

“Tengsoe ini selalu punya kepedulian. Tidak banyak sastrawan yang juga akademisi yang seperti dia,” katanya.

Mengenai tema yang diangkat dalam puisi ia mengatakan bahwa ada perbedaan ketika ia sudah mengajar sebagai dosen tamu di Hankuk University di Korea Selatan itu. Kondisi Korea banyak mengilhami karya-karyanya, khususnya dalam buku Meditasi Kimci.

“Setelah dari Hankuk memang ada warna berbeda. Refleksi fenomena Korea muncul dari orang Indonesia. Dan harus kita akui bahwa Tengsoe juga berperan mempromosikan karya-karya sastrawan Indonesia di ranah internasional,” kata Yusri.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara