Jakarta, Aktual.com – Kementerian Sosial mengembangkan program Temu Penguatan Anak dan Keluarga (Tepak) untuk menekan kasus kekerasan seksual terhadap anak.

“Keluarga dekat terutama orangtua juga kita edukasi. Tujuannya supaya keluarga bisa mengenali bahaya yang mengancam anak. Seperti mengenali tipe-tipe, karakteristik kekerasan, dan pelaku atau predator seks,” kata Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Edi Suharto, di Jakarta, Senin (22/10).

Dengan Tepak, fungsi keluarga sebagai sarana pengasuhan dan perlindungan anak diperkuat. Misalnya mendudukan paradigma yang benar tentang pengasuhan orangtua terhadap anak.

Juga peningkatan kesadaran masyarakat, penguatan tanggung jawab orangtua/keluarga dan perlindungan anak dari berbagai tindak kekerasan serta mekanisme pemenuhan kebutuhan dasar anak.

Ia menambahkan edukasi dan sosialisasi melalui Tepak dilakukan dengan melibatkan sekolah, pendamping, Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA), juga termasuk melalui perangkat pemerintah di desa atau kelurahan.

“Semua langkah ini tujuannya supaya anak memiliki imunitas sosial. Anak dan keluarga memiliki daya tahan terhadap ancaman kekerasan anak, termasuk kekerasan seksual,” ujarnya.

Tepak juga relevan mengingat sejumlah studi menunjukkan bahwa ancaman terbesar terhadap anak justru datang dari lingkungan terdekat.

Hal ini terjadi salah satunya disebabkan berkurang bahkan hilangnya fungsi keluarga sebagai tempat pengasuhan, pendidikan, pemeliharaan, pembinaan, perlindungan dan tumbuh kembang anak sesuai amanat UU No.35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak.

“Tepak merupakan bagian dari upaya mewujudkan kembali keberfungsian sosial dalam keluarga. Jadi selain anak sendiri, keluarga juga diberikan penguatan,” tambah Edi.

Kemensos juga menerjunkan Satuan Bhakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos) ke sekolah-sekolah dalam program Sakti Peksos Goes To School untuk mengedukasi dan memberikan informasi tentang tindak kekerasan khususnya kekerasan seksual, mencegah pemanfaatan internet negatif dan bahaya narkoba agara siswa mempunyai ketahanan diri.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Teuku Wildan