Maulana Syekh Dr Yusri Rusydi Sayyid Jabr Al Hasani didampingi Khodimu Zawiyah Arraudhah KH Muhammad Danial Nafis dan jemaah melaksanakan Dzikir dan Sholawat usai acara Multaqo al-'Ilmi Wa Adz-Dzikr al Alami di Zawiyah Arraudhah, Jalan Tebet Barat, Jakarta Selatan, Kamis (11/1/2018). Hadroh Usbuiyah li Thariqati Shiddiqiyah Syadzilliyah ini dilaksanakan rutin setiap Kamis malam di Zawiyah Arraudhah. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Syekh Yusri hafidzahullah Ta’ala dalam pengajian kitab Bukharinya menjelaskan bahwa Baginda Nabi Saw mentarbiah para sahabatnya dengan pandangan lebih banyak dari pada dengan menggunakan kata-kata yang banyak, dan metode seperti inilah yang diambil oleh madrasah As Syadzuliyah.

Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Said Al Khudri Ra, ia berkata:

” كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم أَشَدَّ حَيَاءً مِنَ الْعَذْرَاءِ فِى خِدْرِهَا فَإِذَا رَأَى شَيْئًا يَكْرَهُهُ عَرَفْنَاهُ فِى وَجْهِهِ ”

Artinya: “Bahwa Baginda Nabi Saw adalah lebih pemalu dari seorang gadis dalam kamarnya, apabila baginda melihat sesuatu yang tidak ia sukai, maka kami (para sahabat) akan mengetahuinya memalui raut wajahnya “. (HR. Bukhari).

“Janganlah kamu menjadi orang yang suka mencaci dan mencela menyalahkan orang lain, jika tidak maka orang-orang tidak akan ada yang suka kepadamu. Akan tetapi hendaknya seseorang itu pura-pura lupa atau tidak melihat ketika dirinya melihat seseorang melakukan keburukan, sedangkan dalam hatinya ia berdoa: wahai Tuhan, berilah petunjuk kepada dirinya”, tegas Syekh Yusri.

Begitu juga, ketika kita ingin menasehati seseorang, maka sebaiknya tidak secara langsung, atau cukup dengan sindiran, atau secara umum tidak menyebutkan nama. Inilah adab yang diajarkan oleh Baginda Nabi Saw, sebagai cara yang terbaik dalam memberikan nasehat.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Abdul Hamid