(ilustrasi/aktual.com)
Aktual.com – Pihak otoritas Sri Lanka menyatakan hasil penyelidikan awal rentetan serangan bom ketika perayaan Paskah sebagai aksi balasan atas teror dua masjid di Christchurch, Selandia Baru atau New Zealand, 15 Maret 2019 lalu.
Dari penyelidikan awal ini diungkapkan oleh Wakil Menteri Negara Urusan Pertahanan, Ruwan Wijewardene, saat berbicara di hadapan parlemen Sri Lanka. 
“Penyelidikan awal telah mengungkapkan bahwa apa yang terjadi di Sri Lanka adalah balasan untuk serangan terhadap muslim di Christchurch,” sebut Wijewardene kepada parlemen Sri Lanka seperti dilaporkan AFP dan Reuters, Selasa (23/4). 
Wijewardene merujuk pada teror terhadap Masjid Al Noor dan Masjid Linwood di Christchurch saat sedang berlangsung salat Jumat pada 15 Maret lalu yang menewaskan 50 orang dan melukai puluhan orang lainnya. 
Seorang pria Australia bernama Brenton Tarrant yang menyebut diri sebagai pembela supremasi kulit putih, telah dijerat 50 dakwaan pembunuhan dan 39 dakwaan percobaan pembunuhan oleh jaksa New Zealand. 
Dalam pernyataannya, Wijewardene juga menyebut militan lokal di Sri Lanka, Jamaah Tauhid Nasional (NTJ), yang diduga bertanggung jawab atas rentetan bom, Minggu (21/4) waktu setempat itu, terkait dengan kelompok militan lokal asal India, JMI, yang tidak dikenal publik. 
“Kelompok Jamaah Tauhid Nasional yang melancarkan serangan, memiliki keterkaitan erat dengan JMI yang kini telah terungkap,” ungkap Wijewardene, merujuk pada satu militan lokal asal India bernama Jamaat-ul-Mujahideen India. JMI diketahui baru berdiri tahun lalu.
Rentetan serangan bom di Sri Lanka pada Minggu (21/4/2019) waktu setempat mengguncang tiga gereja yang sedang menggelar misa Paskah, empat hotel mewah dan sebuah rumah di pinggiran Colombo. 
Data terbaru otoritas Sri Lanka menyebut terdapat sedikitnya 321 orang tewas akibat rentetan bom mematikan itu. Jumlah korban luka-luka mencapai 500 orang. 
Di antara korban tewas, terdapat sedikitnya 37 warga negara asing (WNA) yang berasal dari Inggris, Amerika Serikat (AS), Turki, Portugal, China, Jepang, Denmark, Belanda dan India. 
Pihak Kementerian Luar Negeri Sri Lanka menyatakan sembilan WNA dilaporkan masih hilang dan ada sekitar 25 jenazah belum teridentifikasi yang diyakini merupakan WNA. 
Para penyidik Sri Lanka sebelumnya menyatakan keyakinan bahwa sedikitnya ada tujuh pengebom bunuh diri di balik serangan mematikan tersebut. 
Otoritas Sri Lanka juga mencurigai NTJ mendapat bantuan dari jaringan internasional dalam melancarkan aksinya. Sementara itu Presiden Sri Lanka Maithripala Sirisena akan menemui para diplomat asing di Colombo untuk meminta bantuan internasional. 

Artikel ini ditulis oleh: