Pemerintah terbitkan surat utang negara. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Analis pasar modal, Reza Priyambada mengungkapkan bahwa kembali melemahnya laju Rupiah dan perkiraan akan kembali meningkatnya laju imbal hasil obligasi AS membuat pergerakan pasar obligasi dalam negeri di awal pekan masih melanjutkan pelemahannya. Aksi jual pun masih kerap terjadi seiring masih adanya kekhawatiran akan risiko global ke depannya. Adanya sejumlah sentimen positif dari dalam negeri belum cukup kuat mengangkat pasar obligasi.

“Pada pekan kemarin, pPergerakan Rupiah yang berkurang pelemahannya memberikan sentimen positif pada pasar obligasi yang mulai kembali menguat meski tipis. Masih positifnya laju Rupiah berimbas pada kembali meningkatnya laju pasar obligasi dalam negeri. Adanya rilis inflasi dan beberapa data AS sebelumnya yang di bawah ekspektasi memberikan penilaian berkurangnya dorongan The Fed untuk menaikan tingkat suku bunganya,” ujar Reza dalam analisis yang diterima di Jakarta, Minggu (16/12).

Menurutnya, menguatnya laju USD seiring dengan imbas pelemahan pada sejumlah mata uang lainnya setelah merespon sejumlah data ekonomi global yang mengindikasikan perlambatan memberikan sentimen negatif tidak hanya pada Rupiah namun, juga pada pasar obligasi yang berbalik melemah di akhir pekan.

Di pekan kemarin, secara mingguan pergerakan imbal hasil cenderung naik. Pergerakan yield untuk masing-masing tenor ialah untuk tenor pendek (1-4 tahun) rata-rata mengalami kenaikan imbal hasil 10,12 bps; tenor menengah (5-7 tahun) naik 6,77 bps; dan panjang (8-30 tahun) naik 9,27 bps.

Pada obligasi korporasi, pergerakannya cenderung naik. Imbal hasil obligasi dengan dengan rating AAA yang di pekan sebelumnya di kisaran 9,50%-9,55% untuk tenor 9-10 tahun namun, di pekan kemarin bergerak di 9,86%-9,90%. Pada rating AA, di level 10,22%-10,27% dari sebelumnya 10,07%-10,10%; rating A di kisaran 11,93%-11,98% dari sebelumnya 11,50%-11,58%; dan pada rating BBB dirilis di 14,35%-14,55% dari sebelumnya 14,20%-14,35%. Dari sisi makroekonomi, laju pasar obligasi banyak dipengaruhi kondisi internal dan eksternal.

Spread yield obligasi Indonesia dan US Treasury tenor 10Y diperkirakan akan bergerak di kisaran 498-520 bps yang menandakan spread kian membesar yang menandakan preferensi risiko kembali meningkat sehingga perlu mewaspadai berbagai sentimen yang ada. Diperkirakan rentang imbal hasil obligasi SUN internal akan berada dalam kisaran ± 5-10 bps (6,90%-8,98%). Tetap cermati berbagai sentimen yang dapat membuat pasar obligasi kembali melemah.

“Masih adanya sentimen kembali menguatnya laju USD jelang pertemuan FOMC dapat menjadi pemicu kenaikan imbal hasil obligasi AS sehingga dapat berimbas pada kembali meningkatnya imbal hasil obligasi dalam negeri. Di sisi lain, pelemahan Rupiah pun turut mempengaruhi laju imbal hasil obligasi dalam negeri. Diharapkan sentimen dari dalam negeri dapat lebih positif, terutama dari pergerakan Rupiah sehingga kenaikan masih dapat dimungkinkan terjadi. Tetap cermati pergerakan imbal hasil obligasi global selanjutnya dan sejumlah sentimen makro dan antisipasi jika terdapat sentimen yang membuat pasar obligasi kembali berbalik arah melemah,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka