Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) melemah. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Perekonomian Indonesia saat ini tengah membuat degup jantung sejumlah kalangan lebih cepat.

Melempemnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) juga diikuti oleh melemasnya pasar modal.

Kondisi demikian pun menjadi kekhawatiran tersendiri bagi para pengusaha di tanah air. Bahkan, kabarnya banyak perusahaan yang masih menahan diri untuk menghimpun dana dari pasar modal.

Namun, tetap saja ada dalih bagi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atas kondisi yang terjadi saat ini. OJK mengaku masih belum melihat korelasi antara gejolak perekonomian dengan rencana aksi korporasi perusahaan.

Enggak ada sih, emang fund raising-nya turun, jumlahnya yang datang ke kita memang menurun dibanding tahun lalu,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Hoesen di Gedung BEI, Jakarta, Senin (8/10).

“Mungkin karena tahun 2017 tuh besar banget jadi mungkin beberapa perusahaan sudah ngambil yang sebelumnya,” sambungnya.

Meski demikian, Hoesen mengaku jika ia juga beranggapan jika potensi perhimpunan dana di pasar modal 2018 akan menurun jika dibanding tahun sebelumnya.

Ia memprediksi, fund raising di BEI pada tahun ini takkan mencapai Rp200 triliun, lebih rendah dari target BEI yang mencapai Rp253 triliun.

So far yang sudah ke kita mungkin tidak akan. Yang pasti enggak akan sebesar tahun lalu, atau di bawah Rp 200 triliun,” tambahnya.

Sementara untuk dampak pelemahan nilai tukar rupiah ke kinerja emiten di pasar modal, menurut Hoesen hal itu belum terlihat saat ini. Namun dampaknya mungkin akan terlihat pada laporan keuangan di akhir tahun nanti.

“Kita coba lihat nanti di buku yang mestinya sih yang buku bulan Juni masih growth secara umum. Makanya kita kan nunggu laporan keuangan mungkin nanti di September atau di Desember,” tambahnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Teuku Wildan