Pengunjung bermain di antara sampah yang memenuhi kawasan objek wisata pantai Muaro Lasak, Padang, Sumatera Barat, Rabu (4/1). Intensitas hujan tinggi sejak Senin (2/1) membuat sejumlah sungai mengalami kenaikan debit dan mengalirkan sampah-sampah dari kota ke muara, sehingga menumpuk di tepi pantai. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/pd/17

Jakarta, Aktual.com – LSM bidang lingkungan hidup, Greenpeace menemukan hingga lebih dari 700 mereka sampah plastik dari audit yang dilakukan oleh Greenpeace Indonesia bersama sejumlah komunits lokal di tiga pantai di sejumlah daerah Indonesia.

“Ada 797 merek dari sampah plastik yang kami temukan dari tiga lokasi, di mana yang terbesar adalah merek-merek makanan dan minuman (594 merek), kemudian merek-merek perawatan tubuh (90), kebutuhan rumah tangga (86), dan lainnya (27),” kata Juru Kampanye Urban Greenpeace Indonesia, Muharram Atha Rasyadi dalam siaran pers di Jakarta, Sabtu.

Audit mereka sampah plastik tersebut dilakukan pada pertengahan September di tiga lokasi, yaitu Pantai Kuk Cituis (Tangerang), Pantai Pandansari (Yogyakarta), dan Pantai Mertasari (Bali).

Selain itu, ujar dia, pihaknya juga menemukan banyak sampah plastik yang tidak terlihat lagi merekanya.

“Ini mengindikasikan bahwa sampah tersebut sudah lama terbuang dan berada di lingkungan tersebut,” jelas Atha.

Ia memaparkan bahwa secara global, hanya 9 persen sampah plastik yang didaur ulang dan 12 persen dibakar. Dengan kata lain, 79 persen sisanya berakhir di tempat-tempat pembuangan maupun saluran-saluran air seperti sungai yang bermuara ke lautan.

Sebelumnya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan produktivitas sektor perikanan berpotensi untuk terus menurun akibat semakin banyaknya sampah plastik masuk ke kawasan perairan nasional.

“Produktivitas perikanan dapat menurun dan implikasi dari mikroplastik bisa masuk ke jejaring makanan yang akhirnya dapat menimbulkan masalah pada kesehatan manusia,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Moh. Abduh Nurdihajat.

Ia memaparkan, menjelang penyelenggaraan Our Ocean Conference (OOC) 2018, KKP juga menggelar Gerakan Bersih Pantai dan Laut seperti di Pantai Pede, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Rabu (3/10). Kegiatan bersih pantai tersebut dilakukan dengan mengumpulkan sampah-sampah di pesisir pantai, terutama sampah plastik untuk kemudian ditimbang.

Dalam kegiatan tersebut, lebih dari 1 ton sampah terkumpul, yakni tepatnya 1.007,54 kg. Sampah-sampah tersebut selanjutnya akan dikirim ke tempat pengolahan sampah di Manggarai Barat. “Sampah plastik telah menjadi ancaman yang serius. Tidak hanya sampah yang berasal dari daratan Labuan Bajo, tapi juga sampah dari pelayaran laut dan yang terbawa arus serta dari pulau-pulau kecil sekitar Komodo,” ujar Abduh.

Abduh menambahkan, jika sampah plastik ini tidak dikendalikan atau dikelola dengan baik, maka terjadi proses pelapukan menjadi mikro dan nano plastik yang akan merusak ekosistem pesisir dan dimakan oleh plankton serta ikan.

Mengingat pencemaran laut sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia, maka diperlukan upaya bersama seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah untuk melakukan pengendaliannya.

“Upaya bersama menyelamatkan potensi pesisir dan laut dari ancaman pencemaran terutama sampah laut harus dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan,” ungkapnya.

Ant

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Dadangsah Dapunta