Dalam aksinya para driver Grabike meminta perusahaan menaikkan tarif dari Rp 1.500 per kilometer menjadi Rp 2.500 per kilometer, Forum Gabungan GrabBike Bersatu juga meminta perusahaan mempekerjakan lagi driver GrabBike yang diputus kemitraannya karena aksi one day no bit atau tidak beroperasi pada tanggal 16 Desember 2016 lalu. AKTUAL/Munzir

Jakarta, Aktual.com – Sebanyak 150 pengemudi Grab Indonesia menolak rencana perusahaan penyedia jasa aplikasi yang berpusat di Malaysia itu menjadi perusahaan transportasi.

Permintaan tersebut diajukan dalam sebuah unjuk rasa yang diadakan oleh Gerakan Hantam Aplikasi Nakal (Gerhana) di depan kantor Grab Indonesia Gedung Lippo Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (10/9).

“Dalam aksi unjuk rasa hari ini, kami menolak rencana Grab Indonesia menjadi perusahaan transportasi. Alasannya satu, apa relevansinya? Dengan yang lama (sebagai perusahaan penyedia jasa aplikasi), operasional juga dapat berjalan normal,” kata Humas Gerhana Dedi saat dihubungi di Jakarta, Senin.

Ia menegaskan, saat ini ada hubungan yang timpang antara pihak Grab Indonesia dengan pengemudi sebagai mitra.

“Walau diklausul perjanjian kami (pengemudi) disebut sebagai mitra, dalam praktiknya, tiap keputusan perusahaan (Grab Indonesia) tidak pernah melibatkan kami sebagai mitra. Alhasil, banyak kebijakan timpang dan merugikan pengemudi,” kata Dedi.

Dalam kesempatan itu, ia mencontohkan, Grab Indonesia tidak memberi perlindungan bagi para pengemudi khususnya jika ada insiden kecelakaan.

“Apa pernah dengar, jika ada pengemudi Grab kecelakaan bahkan meninggal lalu diberi santunan oleh pihak perusahaan? Sejauh ini, itu (perlindungan terhadap mitra) belum ada,” tambahnya.

Dalam unjuk rasa itu, pihak Gerhana menyampaikan lima tuntutan, di antaranya menagih janji Grab Indonesia sebagai aplikator, menolak keras aplikator sebagai perusahaan transportasi, menolak keras eksploitasi terhadap pengemudi daring, dan menolak kartelisasi dan monopoli bisnis.

“Tuntutan terakhir dan terpenting, apabila aplikator tidak memenuhi tuntutan, maka kami akan meminta kepada pemerintah agar mengusir Grab dan Gojek, menggantinya dengan aplikasi buatan pemerintah yang berkeadilan bagi pelaku usaha transportasi,” terang Dedi.

Massa mulai berkumpul di Gedung KPK lama, Jalan Kuningan Persada, sejak pukul 08.00 WIB, dan tiba di kantor Grab Indonesia pada pukul 10.00 WIB.

Para pengemudi yang berorasi meminta agar petinggi Grab Indonesia menemui pengunjuk rasa di halaman depan kantor Grab Indonesia.

Sedari pagi, sebanyak 341 petugas keamanan gabungan dari Polsek Setiabudi, Polres Metro Jakarta Selatan, dan Polda Metro Jaya telah siaga di depan Gedung Lippo Kuningan.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: