Aktivitas penambangan mangan tradisional di desa Oepuah, Moenleu, Timor Tengah Utara, NTT, Jumat (9/10). Para penambang tradisional tersebut dapat mengumpulkan 300-400 kilogram mangan per hari dengan harga per kilogram Rp700. ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo/ama/15

Myanmar, Aktual.com — Sebanyak 100 mayat diangkat dari longsoran di dekat pertambangan batu giok di negara bagian Kachin, Myanmar utara, dan 100 orang masih hilang, kata petugas penyelamatan, Minggu (22/11).

Longsor itu terjadi pada Sabtu dinihari di Hpakant, penghasil batu giok bermutu tinggi di dunia, namun pertambangan dan tempat pembuangan puingnya penuh dengan bahaya seperti tanah longsong.

Pekerja, yang sebagian di antaranya adalah pendatang dari berbagai wilayah di Myanmar, bekerja keras berjam-jam untuk mendapatkan upah kecil.

Koran yang di kelola negara “Global New Light of Myanmar” melaporkan bahwa banyak penambang tidur saat longsor itu terjadi.

Seorang petugas pemadam kebakaran kota Hpakant kepada kantor berita Reuters melalui telepon mengatakan bahwa 99 mayat ditemukan pada Minggu sore dan jumlah tersebut kemungkinan bertambah.

“Kami yakin bahwa korban tewas akan bertambah sejak beberapa di antara korban masih hilang,” katanya.

Seorang petugas, yang tidak bersedia menyebutkan namanya karena merasa tidak berwenang memberikan keterangan kepada media, menyatakan bahwa peristiwa tersebut terjadi dekat lokasi tambang di bawah pengawasan Triple One Jade Mining, Sabtu sekitar pukul 03.00.

Tidak diketahui pasti apa penyebab terjadinya tanah longsor di daerah terpencil dan kawasan pergunungan yang hampir seluruhnya terlarang dimasuki orang asing.

Seorang anggota legislatif juga mengonfirmasikan soal jumlah korban tersebut. Pejabat senior Kantor Kepresidenan Myanmar, Zaw Htay, bahwa upaya penyelamatan masih dilakukan oleh pemerintah daerah.

“Pejabat yang bertanggung jawab dari Pemerintah Negara Bagian Kachin sangat peduli menyelamatkan korban dan membantu para pekerja,” katanya.

Industri batu giok Myanmar sangat kabur dan banyak batu giok yang ditambang di Hpakant yang diyakini dapat diselundupkan ke negeri tetangga, Tiongkok, yang mana batu tersebut dihargai tinggi.

Menurut peneliti dari tim pembela lingkungan Global Witness, yang menyiarkan laporan terpadu sektor tersebut pada awal tahun ini, nilai produksi batu giok dari Myanmar diperkirakan mencapai lebih dari 31 miliar dolar AS selama 2014.

Banyak dari tambang batu giok berkaitan dengan pejabat pemerintahan, anggota kelompok etnis bersenjata, dan kroni yang memiliki kedekatan dengan mantan junta militer, menurut temuan tim adokasi.

Baku keamanan di penambangan dan lingkungan sekitar pembuangan itu sangat minim.

“Para kroni pemilik perusahaan tambang raksasa itu menumpuk limbah dekat desa tanpa mempertimbangkan keselamatan desa yang sudah eksis lebih dulu,” kata petugas pemadam kebakaran yang berupaya menyelamatkan korban tanah longsor itu.

Artikel ini ditulis oleh: