Hanya Filipina (USD -1,2 miliar) yang menemani Indonesia sesama penderita defisit transaksi berjalan, negara-negara lain sukses mendapatkan surplus dalam transaksi berjalannya, sebut saja Malaysia USD 3 miliar, Thailand USD 2,6 miliar, Vietnam USD 1,2 miliar, dan Singapura USD 17 miliar.

Semakin negatif transaksi berjalan, maka semakin rentan makro ekonomi negara tersebut, karena mata uang semakin melemah sehingga negara tersebut berpotensi tertimpa krisis mata uang dan (selanjutnya) krisis keuangan.

Penguatan yang terjadi pada mata uang Indonesia selama 6 bulan terakhir lebih disebabkan oleh karena masifnya pemerintah kita menarik surat utang dari pasar dengan bunga yang tinggi.

Bila yang diterbitkan surat utang dalam mata uang Rupiah, para pelaku pasar uang ramai-ramai menukar mata uang asing mereka untuk membeli Rupiah agar bisa membeli surat utang berbunga tinggi tersebut.

Bila yang diterbitkan surat utang mata uang asing, maka masuknya dana asing akan menambah cadangan devisa bank sentral yang dapat digunakan untuk stabilkan Rupiah.

Perlu diwaspadai, strategi menarik banyak utang ebrbunga tinggi ini untuk menjaga nilai tukar, adalah sebuah “bom waktu” yang dapat meledak kapan saja di masa depan.

Artikel ini ditulis oleh: