Ada yang bersependapat jika di awal tahun 2019 nanti, pertarungan kedua kandidat pasangan calon (Paslon) Capres- Cawapres maupun tim pemenangannya akan berlangsung seru dan sengit. Lantaran, pertarungan tersebut hanya diikuti dua Paslon alias head to head.

Direktur Eksekutif Renaissance Political Research and Studies (RePORT) Khikmawanto berpendapat jika perhelatan Pilpres di awal tahun akan menjadi sangat seru hingga jelang pencoblosan.

“Kalau saat saat ini bisa di bilang isu recehan yang di munculkan karena dua kandidat saling melihat dan mengamati satu sama lain. Keseriusan dua kandidat akan terlihat menjelang pemilihan, bisa ditunggu dua team kandidat ini akan seperti apa dalam mengambil hati calon pemilih. Jangan sampai karena terjepit waktu usaha- usaha kurang ajar dilakukan. Misal serangan fajar dan lainnya,” kata Khikmawanto saat dihubungi aktual.com, di Jakarta, Senin (26/11).

Ia mengatakan bahwa momen panjang inilah seharusnya di gunakan kandidat untuk menawarkan visi misi yang jelas, tidak mengambang seperti saat ini. Khikmawanto menilai sangat disayangkan, justru kedua Paslon Capres seolah menunjukan ketidakseriusan dalam menghadapi suksesi kepemimpinan.

“Saya menduga petahana sudah percaya diri elektabilitas tinggi, sehingga kampanyepun seolah setengah hati bahkan terkesan negara ini tidak akan terjadi pesta demokrasi di tahun depan. Karena menganggap mereka sudah menang. Dan, sebaliknya penantang, seolah sudah ala kadarnya membranding calonya karena merasa tidak ada harapan. Mereka menyadari lebih mudah mendistrosi elektabilitas lawan ketimbang menaikan elektabilitas calon yang diusung,”paparnya.

Jangan kemudian, sambung dia, kondisi empat bulan pertama masa kampanye yang menmapilkan kesan para kandidat hanya berkompetisi ala kadarnya, justru membuat publik atau pemilih menjadi apatis terhadap situasi Pilpres tersebut.

“Yang saya kawatirkan akibat elit politik dalam meramaikan pesta demokrasi ala kadarnya, substansi Pemilu tidak bermakna sama sekali. Imbasnya calon pemilih sudah apatis apakah kondisi ini sengaja dilakukan atau memang mereka tidak punya cara lain bagaimana menarik simpati rakyat?,”terang dia.

Yang kemudian, justru di hari dimana masing-masing tim pemenangan baru akan bekerja maksimal, terutama di menit-menit terakhir jelang pencoblosan.

“Jangan sampai cara-cara culas dan kasar dipertontonkan karena rakyat juga sudah jengah dengan prilaku tim kampanye yang tidak bertanggung jawab. Sudah saatnya kedua tim kampanye memikirkan tentang pembalajaran politik untuk rakyat dan generasi penerus,” tandas Khikmawanto.

Lebih Kedepankan Emosial?

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Novrizal Sikumbang