Koalisi Demokrat-Gerindra di Pilpres 2019. (ilustrasi/aktual.com)

Dinamika politik nasional pasca penetaoan cawaores pendamping Jokowi maupun Probowo, agaknya semakin bergulir semakin cepat dan muncul hal-hal yang tak terduga seelumnya.

 

Begitu Kiai Ma’ruf Amin ditetapkan sebagi cawapres pendamping Jokowi dan Sandiaga Uno sebagai pendamping Prabowo, maka fokus sorotan publik justru pada manuver kedua cawapres tersebut, bukannya kedua capres.

 

Kalau kita cermati dengan jeli, maka tren pilpres 2019 sejatinya merupakan perhadapan antara Kiai Ma’ruf versus Sandi. Kalau memakai analogi dalam skenario Perang Bharata Yoedha dalam kisah Mahabarata,Sandi merupakan sosok Arjuna di pihak pandawa, adapun Kiai Ma’ruf personifikasi dari Resi Bisma yang punya watak yang paradoks. Satu sisi bertempur di pihak Kurawa, namun dalam lubuk hatinya yang terdalam tetap ada di pihak Pandawa.

 

Adapun sosok Basudewa Kresna yang merupakahn penyusun strategi dan skenario Perang Bharata Yoedha, semula akan diamanahkan pada Amien Rais, mantan Ketua umum Pengurus Pusat Muhamadiyah. Namun ketika Prabowo dan SBY bersepakat membangun aliansi strategis dan setuju dengan skema duet Prabowo-Sandi, maka dalam memainkan peran Basudewa Kresna, adalah SBY mengingat kapasitasnya sebagai penyusun skenario dan rencana strategis.

 

Prabowo sendiri meski capres, sesungguhnya merupakan sosok Bima yang gagah perkasa dan saksi mandra guna, namun bukan seorang ahli strategi politik, melainkan sekadar seorang perwira militer murni. Memang begitulah watak dasar dari sosok Bima sebagai salah satu dari lima bersaudara Pandawa(Yudistira, Bima, Arjuna,Nakula dan Sadewa).

 

Lantas, bagaimana dengan konstelasi di kubu Jokowi-JK? Jokowi adalah personifikasi dari Duryudana, putra dari Raja Destrarata dan isterinya yang praktis merupakan ibu suri. Dalam hal ini, Destrata adalah Jusuf Kalla, dan Megawati sebagai ibu suri Duryudana.

 

Masalah jadi krusial sejak awal penetapan cawapres hingga putusan yang berlarut-larut, mengindikaisikan kuatnya tarik-menarik di kubu Jokowi. Sehingga dalam analogi perang bharata yoedha yang sepertinya semakin mengerucut untuk segera digelar, nampaknya sarat dengan para sosok abu-abu.

 

Kecuali Pramono Anung yang dari awal secara konsisten memainkan peran sebagai Sengkuni, paa sosok selebihnya sarat dengan watak abu-abu.

 

Jendral (purn) Muldoko, seperti juga Kiai Ma’ruf Amin, kesetiaannya tidak murni pada Jokowowi 100 persen. Dalam analogi sosok kisah Mahabarata, Muldko adalah Adipati Karna. Adipati Karna meski bertempur di pihak Kurawa hingga kematian menjemput, hatinya pun tetap di pihak Pandawa.

 

Lebih daripada itu, sosok Kiai Ma’ruf sebagai cawapres yang identik dengan sosok Eyang Bisma, juga akan digerakkan oleh agenda-angeda strategisnya sendiri, ketimbang bekerja untuk Jokowi dan tim solidnya yang kerap disebut The Solo Connection.

 

Jadi, apa gagasan dasar di balik penyusunan formasi tempur Pilpres 2019 yang memunculkan Kiai Ma’ruf dan Sandi sebagai cawapres Jokowi dan Prabowo? Berarti, Kiai Ma’riuf sebagai Eyang Bisma yang sesungguhnya akan head to head dengan Sandi sebagai Arjuna  dalam kancah perang bharata yoedha yang akan digelar pada Pilpres 2019.

 

Dalam pakem perang bharata yoedha dalam kisah Mahabarata, menilik formasi tempurnya, nampaknya kubu Prabowo lah yang sarat dengan para sosok yang ada di dalam kubu Pandawa.

 

Selain Prabowo sebagai Bima dan Sandi sebagai Arjuna, sosok AHY di dalam lingkar dalam Prabowo-Sandi, bisa dibaca sebagai kehadiran Sosok SBY dalam kancah peperangan ini yang berperan sebagai Basudewa Kresna.

 

Rachmawati Sukarnoputri, putrid Bung Karno, dan Titik Suharto, putrid Pak Harto, jelas mewakli sosok para Srikandi di kubu Pandawa/Prabowo-Sandi. Rachmawati, merupakan sosok Dewi Kunti. Ibu para Pandawa. Titik Suharto, adalah Dewi Sembadra/Sembodro, isteri dari Arjuna.

 

Yang tak kalah menarik dalam mencermati pakem Bharata Yoedha ini, Eyang Bisma sebagai resi sekaligus panglima perang Kurawa, tidak bisa dimatikan kecuali oleh sosok seorang perempuan. Sehingga dalam kisah ini, Bisma akhirnya gugur oleh tembakan husur panah dan hunusan pedang dari Srikandi.

 

Apakah fenomena maraknya kebangkitan Barisan Emak-Emak Militan merupakan isyara alam dari sedang berlangsungnya tahapan-tahapan skenario menuju Perang Bharata Yoedha?

 

Yang jelas, intisari dari Pakem Perang Bharta Yoedha adalah,  bahwa formasi perang dimunculkan dulu mendahului digelarnya skenario perang. Dan pada tahapan ini, sebenarjnya sudah terlewati dengan penetapan kedua cawapres tersebut tadi.

 

Dan kunci rahasis di balik kemenangan Pandawa pada akhirnya, adalah nasehat-nasehat dan petuah-petuah Basudewa Kresna kepada Arjuna melalui Kitab Bhagawad Gita.

 

Ketika dalam prosesnya nanti, Sandiaga Uno dan AHY akan selalu berjalan seiring dan berdekatan dalam momen-momen penting proses berjalannya perang bharata yoedha, maka sejatinya SBY lah yang memang ditugasi untuk menggelar skenario ;Perang Bharata Yoedha.

Hendrajit, Redaktur Senior.