Mekkah, aktual.com – Pesawat Garuda Indonesia yang membawa jamaah calon haji dengan tujuan Madinah, Arab Saudi, terpaksa memutar balik kembali ke Bandara Sultan Hasanudin Makassar, Sulawes Selatan, setelah terbang sekitar 4 jam karena persoalan teknis.

Kepala Daerah Kerja Madinah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Akhmad Jauhari, Rabu (17/7), mengkonfirmasi terjadi penundaan penerbangan pesawat pengangkut jamaah calon haji asal Indonesia ke Madinah.

“Pesawat maskapai Garuda Indonesia yang mengangkut jamaah haji menuju Madinah, mengalami masalah teknis. Akibatnya, pesawat tersebut terpaksa kembali ke bandara asal di Makassar dan mengalami keterlambatan,” katanya.

Menurut laporan yang diterima PPIH Daker Madinah, pesawat bernomor GA1114 tersebut membawa sekitar 400 jamaah asal kloter Ujung Pandang (UPG) 14 dari Bandara Sultan Hasanuddin tujuan Bandara Prince Mohammad bin Abdulaziz, Madinah.

Pesawat itu, kata Jauhari, berangkat pada pukul 19.00 waktu setempat, Selasa (16/7) dan baru diberangkatkan lagi pada pukul 06.00, Rabu (17/7).

“Sesuai laporan, pesawat sudah sempat terbang, karena ada alasan teknis sehingga kembali lagi dan baru diterbangkan 10 jam kemudian,” kata Jauhari.

Berdasarkan data di situs penerbangan Flight Aware, pesawat Boeing 747-400 tersebut sudah terbang selama sekitar 2 jam sebelum memutuskan putar balik. Total pesawat itu sudah mengudara 4 jam hingga kembali lagi ke bandara Sultan Hasanuddin.

Pihak Garuda Indonesia telah menginformasikan keterlambatan tersebut kepada tim PPIH di bandara Madinah dalam surat resminya. Pesawat yang seharusnya tiba pukul 01.15 waktu Saudi, molor menjadi pukul 11.25 waktu Saudi.

“Kami mohon maaf sebesar-besarnya atas ketidaknyamanan akibat keterlambatan penerbangan ini,” kata Garuda Indonesia.

Jauhari mengatakan, keterlambatan penerbangan ini berdampak pada penyediaan akomodasi dan katering jamaah kloter UPG 14. Koordinasi terkait perubahan tersebut telah dilakukan oleh berbagai pihak terkait, sehingga tidak berdampak buruk bagi ibadah jamaah.

Dari sisi katering misalnya, jika tidak dilakukan koordinasi maka makanan akan terlanjur disediakan padahal jamaah telat datang. Makanan tersebut tidak akan layak konsumsi. Untuk akomodasi, keterlambatan akan berdampak pada waktu penyewaan hotel.

“Layanan akomodasi basisnya adalah kedatangan. Jika mengacu pada jadwal awal, tentu check outnya juga lebih cepat. Maka kami mengantisipasi berupa reploting agar hak jamaah untuk melaksanakan arbain terpenuhi,” kata Jauhari.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Zaenal Arifin