Jakarta, Aktual.com — Dari beberapa nama perusahaan yang mendapat kredit dana utangan dari China, ternyata terdapat nama-nama perusahaan milik Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dan Arifin Panigoro.

Hal ini seolah menjadi semakin kuatnya adanya ‘sesuatu’ dibalik penyaluran dana hasil utangan dari China Development Bank (CDB) sebanyak USD3 miliar kepada tiga bank BUMN, BRI, BNI, dan Bank Mandiri masing-masing USD1 miliar.

Bahkan ada satu perusahaan yang entah milik siapa tapi mendapat kucuran pinjaman dari ketiga bank itu. Yakni, PT Indah Kiat. Bahkan perusahaan ini bergerak di sektor pulp and paper yang sepertinya jauh dari konteks pembangunan infrastruktur.

“Cuma kami tidak bisa tanya ke mereka (direksi ketiga bank itu). Karena ketiganya itu hanya pelaksana. Yang dibelakangnya itu pemerintah, bisa jadi Menteri BUMN,” tukas anggota Komisi XI DPR, Heri Gunawan seusai raker dengan ketiga bank BUMN itu di Gedung DPR, Jakarta, Senin (14/3).

Dia memberikan data kepada media, perusahaan-perusahaan debitur yang menerima pinjaman dari hasil utangan itu. “Yang perlu dicurigai itu perusahaan PT Indah Kiat. Dari ketiga bank itu semuanya memberi kredit ke Indah Kiat. Ini ada apa?” tegasnya.

PT Indah Kiat memang mendapat kucuran kredit dari BRI sebanyak USD175 juta, dari Mandiri sebesar USD50 juta, dan dari BNI sebanyak Rp1,067 triliun.

“Kok tiga-tiganya ada Indah Kiat-nya (di daftar debitur). Terus mana untuk infrastrukturnya?” tegas Heri lagi.

Kemudian perusahaan milik JK dan Arifin juga ada di daftar tersebut. Perusahaan PT Bosowa Energi mendapat kredit dari BRI sebanyak USD143 juta. Dan dari bank yang sama ada PT Semen Bosowa yang diberi pinjaman USD55,7 miliar.

Sementara perusahaan milik Arifin ada PT Medco E&P Tomori Sulawesi yang dikucuri Mandiri sebanyak USD50 juta. Dan juga ada PT Medco Energi International Tbk juga dapat kredit dari Mandiri sebanyak USD245 juta.

“Juga ada nama perusahaan PT Sugar Labinta sebuah perkebunan gula rafinasi yang malah mendapat kredit dari BRI sebesar USD43,3 juta. Lagi-lagi mana infrastrukturnya? Itu gula rafinasi lagi,” kecam dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka