Seorang teller menunjukan mata uang dollar di salah satu gerai money changer di Jakarta, Jumat (2/3/18). Pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai pengenaan tarif impor baja sebesar 10% dan tarif impor alumunium sebesar 25%, sempat membuat dollar AS melemah terhadap rupiah. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank, Kamis (20/12) pagi, melemah sebesar 63 poin menjadi Rp14.505 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.442 per dolar AS.

Analis CSA Research Institute Reza Priyambada, mengatakan pergerakan mata uang rupiah cenderung tertahan setelah Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memutuskan menaikan suku bunganya.

“Kenaikan suku bunga Fed mempengaruhi mata uang di negara berkembang, termasuk rupiah. Namun, diproyeksikan sifatnya sementara,” katanya di Jakarta.

Ia mengemukakan The Fed menaikkan suku bunga acuannya pada tahun ini sebesar 25 basis poin menjadi 2,5 persen. Dengan demikian, the Fed telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak empat kali pada 2018 ini.

Menurut dia, peluang rupiah kembali terapresiasi masih cukup terbuka, mengingat proyeksi pertumbuhan Amerika Serikat yang lebih rendah pada 2019 sehingga The Fed tidak akan agresif dalam menaikan suku bunganya.

“Nada negatif akan lebih berkurang ke depannya,” katanya.

Ekonom Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail mengatakan ekonom memperkirakan The Fed akan menaikan tingkat suku bunga dua kali lagi pada tahun depan, lebih rendah dari ekspektasi sebelumnya sebanyak tiga kali.

“Dengan ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih rendah maka dolar AS diperkirakan bergerak melambat,” katanya.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: