Pekerja menyelesaikan proyek Light Rail Transit (LRT) di jalan MT Haryono, Jakarta, Kamis (23/11/2017). Proyek LRT tahap I direncanakan selesai pada 2018. Mengenai pembiayaan, sejumlah bank BUMN ditugaskan mendanai pembiayaan proyek ini sebesar Rp 18 triliun. Saat ini progres pembangunan LRT Jabodebek tahap I sudah mencapai 30 persen saat ini. AKTUAL/ Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Penundaan sementara pembangunan kereta ringan (LRT) dan jalur kereta cepat Jakarta-Bandung tidak akan menimbulkan masalah karena bertujuan mengurangi volume kendaraan di jalur tol Jakarta-Cikampek (Japek).

“Tidak masalah menunda sementara LRT Jabodetabek dan kereta cepat Jakarta-Bandung hingga Lebaran tahun depan. Karena macet lebih dari lima jam bahkan puluhan jam itu mengganggu distribusi barang dan high cost perjalanan,” ujar kata ekonom dari Universitas Indonesia (UI), Lana Soelistianingsih saat dihubungi, Jumat (24/11).

Ia mengatakan bahwa jalur Japek itu terdapat tiga proyek besar, yaitu tol layang Jakarta-Cikampek, LRT Jabodetabek, dan kereta cepat Jakarta-Bandung yang dibangun secara bersamaan. Jalan tol tersebut juga menjadi jalur pengiriman pasokan bahan pangan, seperti sayuran atau beras dari Bandung ke Jakarta.

“Bila barang-barang tersebut kosong di pasaran, tentu akan menyebabkan harga bahan pangan tersebut meningkat,” imbuh Lana. Selain itu, sambungnya, investor asing dari Jepang dan Korea justru terbantu dengan penundaan kedua proyek tersebut.

Selain itu, waktu tempuh ke lokasi kerja lebih cepat dibanding ketika proyek-proyek tersebut masih berjalan. Sebab, jalur tol ini merupakan jalan utama menuju lokasi kawasan industri.

Bila dikaitkan dengan pendanaan pemerintah, ia menegaskan bahwa penundaan kedua proyek itu tidak ada kaitannya. “Pendanaan pemerintah itu baik karena penerimaan pajak dan bea cukai itu lebih tinggi dibanding tahun lalu, yakni 15-17 persen (year on year (YoY), termasuk juga penerimaan bukan pajak juga naik,” ujar Kepala Riset Samuel Aset Manajemen.

“Saldo penerimaan rekening pemerintah di Bank Indonesia dan bank komersial juga menunjukkan kenaikan. Saldo yang meningkat itu memerlihatkan bahwa pemerintah memiliki pemasukan,” kata Lana.

(Wisnu/Ant)