Salah satu hasil survei menetapkan PDIP sebagai partai pemenang Pemilu 2019, meraih 19,80 persen, disusul Gerindra (12,50 persen) dan Golkar (12,21 persen). AKTUAL,/Tino Oktaviano

Kupang, Aktual.com – Pengamat Politik dari Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang, Nusa Tenggara Timur, Mikhael Bataona menilai bahwa Pemilu serentak 2019 hanya menguntungkan partai pengusung capres dan cawapres.

“Sistem Pemilu kali ini setelah dilihat ternyata merugikan para kontestan, karena keuntungan suara lebih banyak hanya diperoleh oleh partai yang mengusung capres dan cawapres,” katanya, Jumat (19/4).

Hal ini disampaikannya menanggapi ada pernyataan dari Wakil Presidan Jusuf Kalla yang mengatakan untuk Pemilu tahun 2024 akan dipisah antara Pilpres dan Pileg karena tidak efektif.

Mikhael melihat bahwa sampai dengan saat ini partai-partai pengusung capres-cawapres lebih banyak mendapatkan suara dibandingkan partai lain.

Contoh kasus adalah partai PDI Perjuangan yang mengusung capres petahana Joko Widodo dan Gerindra yang mengusung Prabowo Subianto.

“Pemisahan Pemilu pada 2024 yang diusulkan Wapres Jusuf Kalla memang harus disetujui. Apalagi demokrasi kita yang masih mengandalkan populer ‘vote’ memang mempunyai kerumitan tambahan jika masih diterapkan,” ucapnya.

Artikel ini ditulis oleh: