Jakarta, Aktual.com — Masih mahalnya harga pangan disebut-sebut tak lepas dari peran para kartel pangan yang bermain di tata niaga logistik.

Dengan kondisi demikian membuat konsumen atau kalangan masyarakat yang dirugikan dengan mahalnya harga pangan, bahkan petani sendiri yang memproduksi pangan itu mendapati harga juga lebih tinggi dari harga pokoknya.

“Permasalahan mahalnya harga pangan memang tak lepas dari tata niaga pangan yang masih dikuasai para kartel di sektor ini,” ujar Ekonom INDEF Enny Sri Hartati di Jakarta, Rabu (9/3).

Enny menuding, dengan kondisi demikian, para kartel lah yang akan menangguk banyak untung. Sementara petani dengan mahalnya harga pangan tidak merasakan manfaatnya.

“Mestinya, pemerintah bisa mengatasi tata niaga pangan yang menjadi masalah klasik ini.”

Bahkan dia mempertanyakan data dari Badan Pusat Statistik, yang menyebutkan pasokan pangan itu justru saat ini mengalami surplus, apalagi mulai masuk panen raya.

“Data BPS itu bisa diperdebatkan. Karena logikanya kalau surplus, kenapa harga di konsumen masih tinggi? Kalau ada surplus harga di petani juga turun dan di konsumen tidak terlalu mahal. Ini masalahnya karena persoalan di tata niaga masih dikuasai kartel.”

Terkait masih mahalnya harga pangan di konsumen dan dan juga dirasakan para, terutama beras, belum lama ini telah disurvey juga oleh BPS.

Menurut Kepala BPS, Suryamin, harga beras di tingkat penggilingan pada Februari 2016 mengalami kenaikan dari bulan sebelumnya. Baik itu untuk beras premium, medium, atau beras kualitas rendah.

Namun sayangnya ketika beras itu diserap di pasar, justru malah mengalami kenaikan yang cukup besar. Tentu saja hal ini yang membuat harga beras tinggi, sehingga dikeluhkan oleh konsumen bahkan petani sendiri.

Kata dia, di tingkat petani harganya mengalami kenaikan 0,1 persen. Tapi begitu beredar di pasar naik lagi. Di tangan grosir naik jadi 0,19 persen dan di tingkat eceran juga naik 0,43 persen.

“Sehingga yang mendapat untung besar ya hanya pedagang grosir dan eceran,” kata dia belum lama ini.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Wisnu