Jakarta, Aktual.com — Mungkin kita sebagai seorang Muslim tidak asing lagi mendengar Nabi Sulaiman AS yaitu salah seorang putera Raja Nabi Daud AS yang sangat kesohor. Sejak ia masih kanak-kanak berusia sebelas tahun, ia sudah menampakkan tanda-tanda kecerdasan, ketajaman otak, kepandaian berfikir serta ketelitian di dalam mempertimbangkan dan mengambil sesuatu keputusan.

“Sudah cukup banyak kisah Nabi Sulaiman AS yang telah disampaikan oleh Ulama-ulama atau guru-guru kita terdahulu, seperti yang telah kita ketahui bahwasannya Nabi Sulaiman AS adalah seorang Nabi yang diberi banyak karunia oleh Allah SWT. Dengan ilmunya itu, Nabi Sulaiman AS memiliki banyak kelebihan dibandingkan manusia lain pada masanya,” terang Ustad Syarif Hidayatullah kepada Aktual.com, Kamis (21/04).

“Nabi Sulaiman AS sendiri merupakan seorang hamba yang taat, meskipun memiliki banyak kelebihan, Nabi Sulaiman AS bukanlah seperti manusia pada masa kini. Biasanya orang yang memiliki banyak kelebihan akan bersikap angkuh dan menyombongkan diri di hadapan manusia yang lain. Parahnya, ia menjadi lupa bahwa semua itu berasal dari Allah SWT Yang Maha Kuasa. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Nabi Sulaiman AS.” Oleh karena itu Allah SWT memujinya di dalam Al Quran,

وَوَهَبْنَا لِدَاوُودَ سُلَيْمَانَ ۚ نِعْمَ الْعَبْدُ ۖ إِنَّهُ أَوَّابٌ

Artinya, “Dan Kami karuniakan kepada Daud, Sulaiman, dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya),”(Sad : 30).

“Dan, bahkan saat Nabi Sulaiman AS mewarisi kekuasaan (Kerajaan) dan Kenabian dari ayahnya, Nabi Daud AS. Ia menggunakannya untuk menyebarkan agama Allah SWT. Dengan kekuasaan dan ilmunya, ia berdakwah kepada manusia lainnya untuk hanya menyembah Allah SWT. Sama seperti halnya Nabi Daud AS, Nabi Sulaiman AS pun senantiasa selalu bertasbih kepada Allah SWT, ia selalu bersyukur terhadap ilmu yang diberikan kepadanya,” sambung Ustad Syarif.

Ada sedikit kisah menarik dari seorang Nabi Sulaiman yang bisa kita ambil pelajaran dan menjadikan sebagai contoh untuk kita, yaitu saat Nabi Sulaiman AS menjadi seorang Raja. Yaitu tepatnya setelah Nabi Daud AS wafat, dan Nabi Sulaiman AS pun diangkat sebagai raja Bani Israil. Nabi Sulaiman AS mewarisi kerajaan, ilmu dan kenabian dari Nabi Daud.

Pada suatu hari, Nabi Sulaiman AS melihat pameran kuda karena ia sangat menyukai binatang kuda, dan ia menghitung jumlah kuda yang ada. Setelah hitungan ke sembilan ratus, barulah dia sadar bahwa matahari telah terbenam. Hal itu menandakan waktu Ashar telah habis. Nabi Sulaiman sangat menyesal dan berkata, “Sesungguhnya aku lebih tertarik melihat barang yang bagus dibandingkan mengingat Allah SWT.” Nabi Sulaiman mengulangi kata-kata itu beberapa kali karena sangat menyesal.

Di lain waktu, Nabi Sulaiman berdoa, “Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkan kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun setelah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” Allah SWT mengabulkan doa Nabi Sulaiman AS tersebut. Nabi Sulaiman AS pun dikaruniakan sebuah kerajaan yang mana berkuasa penuh atas kerajaan Bani Israil yang makin meluas dan melebar, Allah SWT telah menundukkan baginya makhluk-makhluk lain, yaitu Jin, angin dan burung-burung yang kesemuanya berada di bawah perintahnya melakukan apa yang dikehendakinya dan melaksanakan segala komandonya.

Di samping itu Allah SWT memberinya pula suatu karunia berupa mengalirnya cairan tembaga dari bawah tanah untuk dimanfaatkannya bagi karya pembangunan gedung-gedung, perbuatan piring-piring sebesar kolam air, periuk-periuk yang tetap berada di atas tungku yang dikerjakan oleh pasukan Jin-Nya.

Sebagai salah satu mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT kepada Nabi Sulaiman AS adalah kesanggupan Beliau menangkap maksud yang terkandung dalam suara binatang-binatang dan sebaliknya binatang-binatang dapat pula mengerti apa yang ia perintahkan dan ucapkan.

Demikianlah maka tatkala Nabi Sulaiman AS berpergian dalam rombongan kafilah yang besar terdiri dari manusia, jin dan binatang-binatang lain, menuju ke sebuah tempat bernama Asgalan ia melalui sebuah lembah yang disebut lembah semut. Di situ ia mendengar seekor semut berkata kepada kawan-kawannya, “Hai semut-semut, masuklah kamu semuanya ke dalam sarangmu, agar supaya kamu selamat dan tidak menjadi binasa diinjak oleh Sulaiman dan tenteranya tanpa ia sadari dan sengaja.

Nabi Sulaiman tersenyum tertawa mendengar suara semut yang ketakutan itu. Ia memberitahu hal itu kepada para pengikutnya seraya bersyukur kepada Allah SWT atas kurnia-Nya yang menjadikan ia dapat mendengar serta menangkap maksud yang terkandung dalam suara semut itu. Ia merasa takjub bahawa binatang pun mengerti bahwa nabi-nabi Allah SWT tidak akan mengganggu sesuatu makhluk dengan sengaja dan dalam keadaan sadar.

“Dari sepenggal kisah tersebut seharusnya kita bisa mengambil pelajaran yang bermakna yaitu, Seorang Nabi Sulaiman yang dikaruniai banyak kelebihan oleh Allah SWT tidak ada sedikit pun memiliki rasa sombong dan angkuh sedikit pun, melainkan Beliau malah bertambah banyak bersyukur atas apa yang telah diberika Allah SWT kepadanya. Dan yang terpenting adalah walaupun Beliau diberikan kekuasaan saat menjadi Raja, Beliau tetap mencintai binatang walaupun hanya seekor semut sekalipun,” terangnya.

Saat Nabi Sulaiman AS menjadi seorang Raja, Ustad Syarif mengatakan bahwasannya Jin pun tunduk kepadanya. Dan, Iblis pun takut kepada Nabi Sulaiman. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

“Ketahuilah bahwasannya selain orang yang rajin beribadah ada lagi yang ditakuti oleh mereka yaitu adalah orang yang berilmu,” ungkap Ustad Syarif.

Diriwayatkan bahwa seseorang ahli ibadah dari kalangan Bani Israil beribadah kepada Allah SWT di biaranya yang terletak diatas gunung. Pada suatu hari sebagaimana bisa dia keluar dari tempat ibadahnya untuk berkeliling merenungkan kekuasaan Allah SWT di sekitar tempat ibadahnya. Di sela-sela dia berkeliling ini, dia melihat di jalan sesosok manusia yang menebarkan bau tidak sedap darinya. Ahli ibadah itu berpaling menuju ke tempat lain, sehingga dia terlindungi dari tercium bau ini.

Ketika itu setan menampakkan diri dalam bentuk seorang laki-laki soleh yang memberi nasihat. Setan berkata kepadanya, “Sungguh amal-amal kebaikanmu telah menguap (sirna), dan persediaan amal kebaikanmu tidak dihitung di sisi Allah SWT.” Lantas si ahli ibadah persediaan amal kebaikanmu tidak dihitung di sisi Allah SWT.” Lantas si ahli ibadah bertanya, “Mengapa?”

Dia menjawab, “Karena engkau enggan mencium bau anak cucu Adam semisal kamu.” Ketika wajah si ahli ibadah terlihat sedih, setan pun pura-pura merasa kasihan dan memberinya nasihat, “Jika Engkau ingin agar Allah SWT mengampuni kesalahanmu, saya akan memberi nasihat kepadamu agar engkau mencari tikus gunung, lalu Engkau gantungkan tikus itu di lehermu seraya beribadah kepada Allah SWT sepanjang hidupmu. Si ahli ibadah yang bodoh ini pun melaksanakan nasihat setan yang sengaja mencari kesempatan ini. Selanjutnya, si ahli ibadah memburu tikus gunung, dia pun terus-menerus beribadah dengan membawa najis dari enam puluh tahun sampai dia meninggal dunia (semua ibadahnya pun tidak sah).

Terdapat riwayat bahwa Rasulullah SAW bersabda mengomentari kisah tersebut, “Suatu masalah ilmiah atau Majelis ilmu lebih baik daripada beribadah enam puluh tahun.”

Diriwayatkan dari Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani Rahimahullah bahwa pada suatu hari Beliau sedang berjalan di tempat lapang, tiba-tiba muncul cahaya terang di ufuk, kemudian dia mendengar suara memanggil, “Wahai Abdul Qadir saya adalah Rabb-mu. Sungguh, telah aku halalkan untukmu semua hal-hal yang haram.” Lantas Abdul Qadir berkata, “Enyahlah kau, wahai makhuk terkutuk !”

Seketika itu, cahaya tersebut berubah menjadi gelap. Tiba-tiba muncul suara mengatakan, “Wahai Abdul Qadir ! Sungguh, Engkau telah selamat dariku lantaran pengetahuanmu tentang Rabbmu dan ilmu fikihmu. Sesungguhnya aku telah menyesatkan tujuh puluh orang dari kalangan ahli ibadah senior dengan cara seperti ini. Seandainya tidak karena ilmu, pastilah aku dapat menyesatkanmu seperti mereka.”

Artikel ini ditulis oleh: