Makasar, Aktual.com — Para Pimpinan Muhammadiyah selama beberapa tahun terakhir ini merisaukan memudarnya nilai-nilai Pancasila pada sejumlah kalangan masyarakat.

“Pada Muktamar Muhammadiyah kali ini, ada beberapa hal yang ingin disampaikan dan harus menjadi perhatian buat rakyat Indonesia. Melalui peran penguatan ini, Indonesia harus kembali kuat dan berpedoman pada Pancasila,” ujar Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir di Makassar, Jumat (31/7).

Dia mengatakan, Muktamar Muhammadiyah ke-47 yang mengambil tema Gerakan Pencerahan Menuju Indonesia Berkemajuan menjadi sesuatu yang akan menjadi pokok bahasan.

Haedar Nashir menjelaskan makna Indonesia berkemajuan sebagai Indonesia yang berkembang, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat sesuai dengan sila yang ada dalam Pancasila.

“Indonesia yang berkemajuan itu Indonesia yang lebih berkembang dalam semua bidang kehidupan. Muhammadiyah akan berperan dalam membangun opini dalam masyarakat. Muhammadiyah akan menjadi ‘opinion maker’ dalam memperbaiki bangsa ini,” katanya.

Meski demikian, tidak cukup hanya sekadar berkembang dalam berbagai bidang kehidupan. Kemajuan juga harus mengandung dimensi keadilan dan pemerataan, termasuk dalam aspek ekonomi.

Sumber daya ekonomi tidak boleh hanya dinikmati oleh sekelompok kecil masyarakat. Ia menambahkan, Indonesia berkemajuan juga ditandai peningkatan kemakmuran.

Karena negara berkemajuan adalah negara yang semakin lama semakin makmur, bukan semakin terpuruk. Artinya, dalam konteks Indonesia berkemajuan harus ada indikasi peningkatan kemakmuran.

Menurut Haedar, sebagai negara berkemajuan, Indonesia juga harus menjadi negara bermartabat. Ia menekankan, pentingnya karakter bangsa yang religius, bermoral, dan berkeadaban.

Dia mencontohkan, timbulnya gerakan separatis yang selama satu dekade lebih dibeberapa daerah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian membuat risau semua orang.

“Setelah dikaji secara seksama dan perkembangannya, ada fenomena yang merisaukan kita, seperti orientasi separatisme. Kecenderungannya melihat bahwa Indonesia bukan negaranya dan ini dilatarbelakangi karena ego kedaerahan yang berkembang menjadi separatis,” jelasnya.

Bukan cuma itu, lanjut dia, ada juga yang memandang dari segi agama dan melihat konstruksinya tidak sesuai dengan ajaran sehingga menimbulkan permasalahan dalam kehidupan bernegara.

Artikel ini ditulis oleh: