Lukman Hakim Saifuddin

Mekkah, Aktual.com – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, mengatakan pengaturan rombongan kelompok terbang haji pada 2019 diatur oleh pusat, tidak seperti saat ini diatur daerah.

“Konfigurasi manifest di pesawat sudah diatur, berdasarkan regu dan rombongan, tidak diserahkan kepada daerah,” kata Lukman dikutip Media Center Haji di Mekkah, Kamis (30/8).

Dia mengatakan berdasarkan evaluasi tahun ini pengaturan kloter oleh daerah terkadang kurang selaras dengan kebutuhan lapangan.

Terdapat persoalan pembagian kloter oleh daerah belum memperhitungkan potensi terjadinya pecah kloter saat memasuki lintasan cepat (fast track) imigrasi.

Untuk itu, Lukman mengatakan pusat akan melakukan pengaturan kloter sejak awal dengan memperhitungkan lintasan cepat tidak menyebabkan pecah kloter.

Istilah pecah kloter merujuk pada persoalan satu rombongan yang sudah dalam satu kelompok, tetapi karena kendala harus terpisah.

Adapun lintasan cepat baru diterapkan di dua kloter percontohan, yaitu di Jakarta dan Surabaya. Dari permodelan itu diketahui persoalan terjadi pecah kloter yang sedikit banyak menghambat proses perjalanan haji dari bandar udara di Arab Saudi menuju Madinah dan Mekkah.

Menurut Lukman, pengaturan kelompok terbang oleh pusat nantinya akan menghindari terjadinya pecah kloter terlebih program lintasan cepat akan diperluas dari dua menjadi 13 embarkasi.

“Metode ‘fast track’ imigrasi akan diberlakukan kepada seluruh jamaah di 13 embarkasi,” kata dia.

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nizar Ali mengatakan akan memperbanyak lintasan cepat untuk jamaah haji Indonesia sehingga mereka bisa segera menuju hotelnya di Mekkah dan Madinah, tanpa berlama-lama di bandar udara tujuan.

“Fast track” merupakan inovasi untuk mempercepat pergerakan jamaah. Skema yang dilakukan adalah pengambilan data rekam biometrik jamaah dilakukan di pemondokan di Indonesia. Saat berada di bandara tujuan jamaah hanya diperiksa sidik jarinya sebagai upaya verifikasi data diri.

Setelah itu, jamaah segera bergerak ke bus yang mengangkut mereka ke hotel di Mekkah dan Madinah. Inovasi itu membuat waktu tunggu jamaah di bandara tujuan menjadi relatif lebih pendek jika dibandingkan dengan skema lama ketika mereka harus melakukan verifikasi data biometrik secara lengkap di terminal kedatangan.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: