Pelemahan ekonomi Eropa dan AS terjadi ketika pertumbuhan di Asia juga melambat.

Ekspor China pada Februari dalam mata uang dolar AS turun 21 persen dari setahun sebelumnya, mewakili penurunan terbesar dalam tiga tahun, jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan para analis. Sementara impor turun 5,2 persen.

“Kami telah menyaksikan minggu ini menyalakan kembali kekhawatiran tentang pertumbuhan permintaan,” kata Wakil Presiden Riset Pasar Tradition Energy, Gene McGillian di Stamford, Connecticut.

Sejauh ini permintaan minyak telah bertahan, terutama di China, di mana impor minyak mentah masih di atas 10 juta barel per hari (bph). Namun, perlambatan pertumbuhan ekonomi pada akhirnya dapat mengurangi konsumsi bahan bakar dan menekan harga.

Di sisi pasokan, minyak telah menerima dukungan tahun ini dari pengurangan produksi yang dipimpin oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC). Produksi minyak mentah Arab Saudi pada Februari turun menjadi 10,136 juta barel per hari, sumber industri Saudi mengatakan kepada Reuters.

Sanksi-sanksi AS terhadap industri minyak anggota OPEC Iran dan Venezuela, juga mendukung minyak berjangka.

Tetapi AS memberi individu-individu dan entitas-entitas lebih banyak waktu untuk mengakhiri kontrak keuangan tertentu atau perjanjian lain, yang terkait dengan perusahaan minyak milik negara Venezuela, kata Kantor Pengawasan Aset-aset Asing Departemen Keuangan AS (OFAC).

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Abdul Hamid