Pemerintah hendak swastanisasi puluhan bandara dan pelabuhan laut kepada asing. (ilustrasi/aktual.com)

Cina dulu menyerahkan 11 pelabuhan lautnya ke Inggris setelah kalah perang (Perang Candu I dan II). Hari ini, saya membaca berita bahwa pemerintah hendak swastanisasi puluhan bandara dan pelabuhan laut kepada asing.

Inilah sejatinya perang asimetris/nirmiliter. Tanpa letusan peluru. Nyaris tanpa hingar bingar, negara target sudah takluk, justru mau menyerahkan simpul-simpul (transportasi) strategis negaranya.

Inilah uniknya skema penjajahan gaya baru. Selain ia berjalan senyap, juga bangsa yang dijajah malah menganggap kaum penjajah sebagai dewa penolong. Kita justru jatuh cinta.

Berita ini memang hanya isu, tetapi isu hulu. Isyu stategis. Bukan isyu-isyu hilir seperti poligami, OTT, dll. Entah isu ini cuma sekedar test the water, memancing reaksi publik, atau isu sebagai pola.

Yang jelas, jika isu ini sebagai pola asymmetric warfare, maka usai iyu ini ditebar akan ada agenda lanjutan yang hendak dihamparkan. Gagal atau tidaknya isu dimaksud melaju menjadi agenda dan skema (kolonialisme), tergantung “reaksi publik”.

M Arief Pranoto, Pengkaji Geopolitik dan Direktur Program Studi Kawasan, Global Future Institute (GFI).