Sebanyak 90 persen polutan di perkotaan bersumber dari kendaraan, oleh karena itu penggunaan kendaraan pribadi di perkotaan mau tidak mau harus dikurangi. Gunakan transportasi publik yang sifatnya massal seperti bus, kereta, dan Mass Rapid Transit (MRT) yang dalam waktu dekat akan mulai dioperasikan di Ibu Kota.

Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin mengatakan MRT atau Moda Raya Terpadu Jakarta fase 1 yang melintasi Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia diperkirakan akan mengurangi emisi hingga 85.680 ton karbon dioksida (CO2) per tahun.

Angka tersebut didapat dengan memperhitungkan sumbangan emisi CO2 dari 175 ribu orang yang melintasi jalur MRT Jakarta fase 1 saat ini, yaitu 64.260 ton per tahun dari sepeda motor dan 107.100 ton per tahun dari mobil (total 171.360 ton CO2). Sementara pengoperasian MRT Jakarta fase 1 sepanjang 16 kilometer diperkirakan akan menghasilkan emisi sebesar 85.680 ton CO2 per tahun.

Namun upaya pengurangan emisi secara besar-besaran dengan mengalihkan penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi publik massal perlu kesadaran dari setiap individu masyarakat.

Budaya masyarakat mau tidak mau harus berubah. Indonesia yang terus berkembang dan bercita-cita menjadi negara maju harus dibarengi dengan perubahan dari sisi sumber daya manusianya. Masyarakat Indonesia, terlebih dulu warga DKI, harus mengubah kulturnya dari budaya manusia negara berkembang menjadi masyarakat yang maju tanpa harus mengorbankan lingkungan atau kesehatan dirinya sendiri.

Hadirnya MRT di Jakarta tidak serta merta secara signifikan mengurangi polusi udara di kawasan ini.

Solusi mengurangi polusi udara harus secara komprehensif dilakukan secara berkelanjutan, mulai dari memperluas jaringan MRT, membatasi izin bagi angkutan umum kecil, memperbanyak kendaraan angkutan massal seperti bus dan kereta api.

Artikel ini ditulis oleh: