Pekerja memilih ikan saat proses pengasinan di industri pengolahan ikan Jongor, Tegal, Jawa Tengah, Rabu (14/12). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi olahan pada 2017 sebanyak 6,2 juta ton naik pada 2015 sebanyak 5,5 juta ton dengan rencana pembangunan sentra kelautan dan perikanan terpadu (SKPT). ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/aww/16.

Jakarta, Aktual.com – Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) menilai, Kinerja Perikanan Nasional pada tiga tahun terakhir menunjukkan perlambatan. Pasalnya, target produksi perikanan nasional yang dicanangkan, nyaris tidak ada yang tercapai.

Selain itu, ekspor perikanan nasional juga mengalami kemerosotan, juga angka kredit macet untuk UMKM Sektor Perikanan pun mengalami peningkatan.

“Realisasi produksi perikanan di tahun 2015 mencapai 10,87 juta ton, sementara targetnya adalah 13,6 juta ton. Juga di tahun 2017, realisasi produksi adalah 9,91 juta ton sedangkan targetnya pada angka 16,04 juta ton,” kata Ketua Departemen Kajian Strategis KNTI Niko Amrullah, dalam siaran persnya yang diterima di Jakarta, Minggu (14/1).

Untuk realisasi ekspor perikanan nasional, lanjut Niko, tahun 2015 mencapai 3,95 Miliar USD, padahal target ekspor mencapai 5,86 Miliar USD. Tahun 2016, realisasi hanya mencapai sekitar 44,5 % yakni dari target 6,82 miliar USD terealisasi sebesar 3,78 miliar USD. Sementara untuk Tahun 2017, realisasi ekspor mencapai 58,4 %, dari target 7,62 miliar USD terealisasi 3,17 miliar USD.

“Jadi, realisasi ekspor perikanan nasional pun mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir,” kata dia.

“Sebagai pembanding, ekspor perikanan Vietnam mencapai dua kali lipat dari Indonesia, padahal Indonesia memiliki panjang garis pantai 30 kali lipat lebih panjang dan juga mempunyai Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) yang luasnya tiga kali lebih luas dari Vietnam,” kata dia menambahkan.

Sedangkan angka kredit macet UMKM Sektor Perikanan mengalami kenaikan dari 4,30% di 2016 menjadi 5,04% di 2017. Hal ini menunjukkan kelesuan giat usaha ekonomi skala kecil menengah di sektor perikanan.

Niko menjelaskan bahwa kondisi perikanan kita mengalami kesalahan orientasi tata kelola. Tiga Tahun Poros Maritim, belum menampakkan dampak nyata terhadap kesejahteraan nelayan.

“Karenanya, perbaikan tata kelola perlu ditingkatkan. Pertama, internal Kementerian Kelautan Perikanan sebagai ujung tombak representasi pemerintah dalam mensejahterakan nelayan. Kedua, lembaga (organisasi) dan kelembagaan (aturan main) di dalam masyarakat pesisir perlu dikuatkan untuk akselerasi pembangunan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat pesisir,” pungkas Niko.

Artikel ini ditulis oleh: