Elektabilitas Prabowo yang masih tertinggal jauh dari Jokowi tidak bisa dijadikan sebagai alasan untuk mengatakan percuma bagi Prabowo menantang kembali mantan rivalnya di Pilpres 2014. Demikian disampaikan pengamat politik Said Salahuddin melalui akun media sosialnya yang dikutip redaksi.

Kata dia, elektabilitas dalam timbangan survei yang diukur sebelum ada penetapan calon Presiden (capres) dan calon Wakil Presiden (cawapres) bukan determinan. Sebab, dalam survei yang demikian, sebagian angka elektabilitas seorang calon masih hinggap di calon yang lainnya.

Ketika nama capres-cawapres sudah dipastikan, maka pada saat itulah angka elektabilitas yang tersebar di sejumlah calon yang gagal diusung akan beralih ke calon yang akan benar-benar bertanding.

Tetapi elektabilitas pasca-penetapan calon pun masih belum menjadi jaminan. Elektabilitas Jokowi dan Anies Baswedan saat Pilkada Jakarta 2012 dan 2017 menurut survei berada dibawah lawannya. Tapi faktanya merekalah yang menjadi juaranya.

“Jadi, mengukur peluang pencalonan dan peluang kemenangan Prabowo hari ini hanya dengan melihat elektabilitas hasil survei adalah kalkulasi yang simplifikatif,” katanya.

‘Presidential Effect’ Pemilu Serentak