Ketua Pendiri Yayasan Bung Karno Rachmawati Soekarnoputri (kanan) bersama Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad (kiri) mengahadiri acara Dies Natalis Universitas Bung Karno (UBK) ke - 17 di Jakarta, Senin (25/7/2016). Mahathir Mohamad menyampaikan orasi ilmiah dengan tema Membangun Kemandirian Ekonomi dan Pemerintahan Bersih dalam rangka Dies Natalis ke-17 Universitas Bung Karno (UBK).

Jakarta, Aktual.com – Pemerintah Malaysia berencana akan mengurangi pendidikan agama dalam silabus sekolah-sekolah Malaysia, hal itu disampaikan oleh Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad saat berbicara di almamaternya, Sultan Abdul Hamid College.

Dilansir dari Malay Mail, 22 Desember 2018, menurut Mahatir pembelajaran agama mengurangi kemampuan dalam mata pelajaran lain yang diperlukan untuk mencari pekerjaan.

“Seseorang telah mengubah kurikulum di sekolah dan sekarah sekolah negara telah menjadi sekolah agama,” kata Mahathir. Mereka belajar Islam dan tidak belajar yang lainnya. Akibatnya, mereka yang lulus tidak mahir dalam mata pelajaran yang dibutuhkan untuk mereka mencari pekerjaan, tapi mereka menjadi ulama yang cakap.”

Menurut Mahathir, sistem sekolah sekarang menghasilkan banyak cendikiawan agama atau ulama, tapi ketika terlalu banyak ulama, mereka selalu berbeda pendapat satu sama lain, dan menyesatkan pengikut dan bertengkar satu sama lain. Karena alasan itu, Mahathir ingin kurikulum sekolah diubah.

“Tapi kita butuh menguasai seluruh mata perlajaran, karena jika kita ingin maju, rakyat Malaysia harus terdidik, bukan hanya membaca Al Quran, tetapi juga bahasa lain. Jika kita tidak melakukan demikian, maka kita akan mundur,” tutur Mahathir.

Malaysia menekankan pentingnya mahir dalam bahasa Inggris. Menurutnya bahasa Inggris bukan hanya untuk orang Inggris, tapi bahasa Inggris adalah bahasa Universial, dikutip dari Free Malaysia Today.

Mahathir menegaskan akan tetap memberlakukan studi agama tetapi tidak sebanyak sebelumnya. Mahathir Mohamad mengatakan kemungkinan sekolah negeri Malaysia hanya akan memberlakukan dua atau tiga pertemuan mata pelajaran agama dalam sepeka

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Dadangsah Dapunta