Pertanyaannya mengapa FCX begitu ngotot mempertahankan nilai saham USD 3,5 miliar dan kesepakatanya malah lebih mahal daripada itu? Noorsy memaparkan bahwa hal ini lantaran FCX mengantongi keyakinan bahwa konsesinya akan diperpanjang oleh pemerintah Indonesia hingga 2041.

Lalu pesan FCX itu ditangkap oleh pasar hingga harga sahamnya di lantai bursa melambung tinggi. Dengan demikian sangat jelas bahwa kerugian Indonesia membeli saham di PTFI dengan harga yang tidak wajar, tidak lain akibat pemerintah Indonesia sendiri yang memberi isyarat bahwa konsesi PTFI akan diperpanjang.

“Kenapa FCX yakin dengan harga itu? Karena FCX yakin konsesinya akan diperpanjang hingga ke 2041. Dengan demikian FCX sedang memberi pesan ke lantai bursa New York bahwa konsesinya akan diperpanjang. Akibat harga saham naik, dan perhitungan diskonto untuk harga saham PTFI sebesar 51% adalah USD 3,85 miliar. Siapa yang cerdas?” hardik Noorsy.

Dalam hal peningkatan nilai saham dari 9,36% menjadi 51,23%, Inalum akan membeli participating interest (PI) 40% milik Rio Tinto seharga USD 3,5 miliar dan mengakuisisi 9,36% saham milik Indocopper Investama seharga USD 350 juta. Kemudian untuk Pemda Papua akan diberi 10% dari 100% saham PTFI.

Perubahan kepemilikan saham ini akan resmi terjadi setelah transaksi pembayaran sebesar USD 3,85 miliar kepada FCX yang ditargetkan sebelum akhir tahun 2018. Dengan itu pula nantinya status Kontrak Karya (KK) akan berganti menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dan PTFI diwajibkan membangun smelter berkapasitas lebih dari 2 juta ton per tahun.

Baca Selanjutnya…
Pendanaan Bank China?

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Dadangsah Dapunta