Jakarta, Aktual.com — Ustad Muhamad Ikrom menuturkan, bahwa ada sebuah kisah dari Rasulullah SAW menceritakan ada seorang Mukmin kelak pada hari Kiamat yang mempunyai keistimewaan karena di dunia ia suka menutup aib saudaranya.

Di saat menghadap Allah SWT, berbicara di hadapan Allah SWT, ia mendapatkan perlakuan khusus. Pada saat itu orang-orang yang menghadap kepada Allah SWT, berbicara kepada Allah SWT, maka pembicaraan antara dia dengan Allah SWT akan dipertontonkan di hadapan lautan manusia, termasuk segala perbuatan maksiat yang pernah ia lakukan selama di dunia juga akan diperlihatkan di depan manusia.

Semua akan ditampakan. Akan tetapi, khusus bagi mereka yang suka menutup aib saudaranya di dunia maka akan dibuatkan tirai yang melindungi pembicaran antara orang tersebut dengan Allah SWT sehingga tidak bisa didengar oleh siapapun. Yang bisa tahu dan dengar pembicaran tersebut hanya dirinya dengan Allah SWT.

Ketika itu Allah mengatakan, “Wahai Fulan, bukankah kamu pada hari sekian, waktu sekian dan dalam keadaan sekian telah berbuat maksiat ini dan itu ?”. Disebutkan semuanya oleh Allah SWT perbuatan maksiat atau keburukan yang pernah ia lakukan selama di dunia. Ia pun mengakuinya. Hanya saja pembicaraan ini ditutup oleh Allah SWT, dan tidak dipertontonkan di hadapan manusia. Meskipun dosanya tetap dibicarakan oleh Allah SWT tetapi tidak diperlihatkan kepada orang-orang saat itu. Hanya dirinya dan Allah SWT yang tahu. Allah SWT katakan kepada orang tersebut, “Dulu sewaktu hidup di dunia engkau menutup aib saudaramu maka sekarang ini semua dosamu diganti dengan kebaikan (hasanat).”

Bayangkan kegembiraan yang bakal ia dapatkan di akhirat kelak. Bukan hanya aibnya yang ditutup oleh Allah SWT saja bahkan Allah SWT menjamin akan mengganti dosa-dosanya dengan kebaikan. Semua ini ia peroleh karena dulu ia suka menutup aib saudaranya di dunia.

Lantas, apakah ada keutamaan bagi orang yang menutup aib orang lain?

Ustad Ikrom menerangkan kepada Aktual.com, Kamis (14/04), di Jakarta, bahwa keutamaan sudah tentu hal tersebut ada dan keutamaannya yaitu:

1. Allah SWT akan menutupi aib-nya di dunia dan di akhirat kelak

مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

Artinya, “Barang Siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aib orang tersebut di dunia dan akhirat.”(HR. Ibnu Majah).

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ فِي الدُّنْيَا يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ عَلَى مُسْلِمٍ فِي الدُّنْيَا سَتَرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

Artinya, “Barangsiapa yang meringankan (menghilangkan) kesulitan seorang muslim kesulitan-kesulitan duniawi, maka Allah akan meringankan (menghilangkan) baginya kesulitan di akhirat kelak. Barangsiapa yang memberikan kemudahan bagi orang yang mengalami kesulitan di dunia, maka Allah akan memudahkan baginya kemudahan (urusan) di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat. Sesungguhnya Allah akan senantiasa menolong seorang hamba selalu ia menolong saudaranya.”(HR. Tirmidzi).

لَا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya, “Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak.”(HR. Muslim)

مَنْ سَتَرَ عَوْرَةَ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ سَتَرَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ كَشَفَ عَوْرَةَ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ كَشَفَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ حَتَّى يَفْضَحَهُ بِهَا فِي بَيْتِهِ

Artinya, “Barang siapa yang menutupi aib saudaranya muslim, Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat, dan barang siapa mengumbar aib saudaranya muslim, maka Allah akan mengumbar aibnya hingga terbukalah kejelekannya di dalam rumahnya.”(HR. Ibnu Majah).

2. Keutamaan menutup aib saudara seperti menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup

مَنْ رَأَى عَوْرَةً فَسَتَرَهَا كَانَ كَمَنْ أَحْيَا مَوْءُودَةً

Artinya, “Siapa melihat aurat (aib orang lain) lalu menutupinya, maka seakan-akan ia menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup.”(HR. Abu Daud).

مَنْ سَتَرَ مُؤْمِنًا كَانَ كَمَنْ أَحْيَا مَوْءُودَةً مِنْ قَبْرِهَا

Artinya, “Barangsiapa menutupi aib seorang mukmin maka ia seperti seorang yang menghidupkan kembali Mau`udah dari kuburnya.”(HR. Ahmad).

Artikel ini ditulis oleh: