Maulana Syekh Yusri Rusydi Jabr Al Hasani memberikan tausiah usai salat Jumat di Masjid Sabilillah, Malang, Jawa Timur, Jumat (27/1/2017). Dalam kegiatan Safari Dakwah hari ke 10 ini, Maulana Syekh Yusri memimpin salah Jumat dan memberikan tausiah kepada masyarakat Malang sebelum mengisi pengajian, tahlil dan Maulid Nabi Muhammad SAW di Madrasah Arraudhah Desa Tambak Asri Tangkil, Tajinan, Malang, Jawa Timur. AKTUAL/Tino Oktaviano
Maulana Syekh Yusri Rusydi Jabr Al Hasani memberikan tausiah usai salat Jumat di Masjid Sabilillah, Malang, Jawa Timur, Jumat (27/1/2017). Dalam kegiatan Safari Dakwah hari ke 10 ini, Maulana Syekh Yusri memimpin salah Jumat dan memberikan tausiah kepada masyarakat Malang sebelum mengisi pengajian, tahlil dan Maulid Nabi Muhammad SAW di Madrasah Arraudhah Desa Tambak Asri Tangkil, Tajinan, Malang, Jawa Timur. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Sabda Rasulullah صلي الله عليه وسلم :

من لم يشكر الناس لم يشكر الله

artinya: “Barangsiapa tidak bersyukur (tidak tahu terimakasih) kepada manusia, tidaklah ia bersyukur kepada Allah” (HR. Imam Ahmad & Tirmidzi)

“Kami katakan – والله أعلم – : Siapa yang tidak bermusyahadah terhadap manusia, yakni tidak menganggap mereka, maka tidaklah dia bermusyahadah kepada Allah dengan sempurna; karena seorang yang Kamil ialah ia yang tidak terhijab oleh makhluq dari mengenal al-Kholiq, dan tidak pula terhijab oleh al-Kholiq daripada mengenal makhluq. Ilmu aqli tidak menjadi hijab baginya dari ilmu laduni, demikian pula ilmu laduni tidak menjadi hijab baginya dari ilmu aqli. Kebersamaan dengan Rabbnya tidak menjadi hijab baginya untuk bergaul dengan sesama, demikian pula bergaul dengan sesama tidak menjadi hijab baginya dari kebersamaan dengan Rabbnya, Musabbab tidak menjadi hijab baginya dari sebab, demikian pula sebab tidak menjadi hijab baginya dari Musabbab, syariat tidak menjadi hijab baginya dari haqiqat, demikan pula haqiqat tidak menjadi hijab baginya dari syariat, suluk tidak menjadikannya terhijab dari jadzab, demikan pula jadzab tidak menjadi hijab baginya dari suluk, demikianlah seterusnya.

Ia telah mencapai tujuannya (Wushul), ia adalah orang yang Kamil, serta ‘Arif billah, sedang selainnya ialah orang yang merugi, kita tidak berbicara tentang orang yang majdzub disini, yaitu orang yang ditarik secara tiba-tiba oleh al-Haqq Ta’ala, hingga ia keluar dari kurung panca inderanya, karena orang yang majzub tidaklah sekali-kali merugi.

Wahai Faqiir…
Ketika jerih payahmu hanya kau pusatkan pada perkara yang bathin, maka perkara yang dhohir akan terabaikan, demikian pula ketika dirimu fokus pada yang dhohir, maka yang bathin terabaikan, perkara yang bathin itu tidaklah menjadi luas kecuali dengan menekan porsi dhohir, sebagaimana yang dhohir tidak menjadi luas kecuali dengan menekan porsi bathin.

Kau tidak akan dianugerahi pengetahuan-pengetahuan ilhami selama kau sibuk dengan pengetahuan-pengetahuan yang bersifat nukilan, begitu pula kau tidak akan merasakan kehadiran bathin selama kau sibuk mengurusi yang dhohir. semua itu karena kekuatan dan perhatianmu tidak dapat terfokus pada dua arah yg berlawanan. ketika ia dipusatkan pada yang dhohir, maka yang bathin akan terabaikan, demikian pula sebaliknya.

Namun jika kekuatan dan perhatian itu pasti cendrung pada satu sisi. bukan berarti kemudian kita menolak salah satu dari keduanya.

Karena Allah Ta’ala telah berfirman :

وَلَنْ تَسْتَطِيعُوا أَنْ تَعْدِلُوا بَيْنَ النِّسَاءِ وَلَوْ حَرَصْتُمْ ۖ فَلَا تَمِيلُوا كُلَّ الْمَيْلِ فَتَذَرُوهَا كَالْمُعَلَّقَةِ ۚ

“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung.” (an-Nisa – 129)

tetapi kami katakan ; menghimpun antara Jadzab dan Suluk, antara Haqiqat dan Syari’at, antara mabuk cinta dan sadar dari-Nya, antara bekumpul dan terpisah dengan-Nya, hal itu tidak akan terjadi kecuali bagi para Auliya’ yang kuat ma’rifat dan cintanya. Adapun selain dari mereka yang di anugrahi kekuatan itu, terdapat mereka yang menetapi Suluk tanpa Jadzab, atau menetapi Jadzab tanpa Suluk, atau mereka menetapi Syari’at tanpa Haqiqat, atau Haqiqat tanpa Syari’at, atau mereka terpisah (berkumpul dengan sesama) tanpa berkumpul dengan-Nya, atau berkumpul tanpa terpisah dengan-Nya, atau mereka mabuk cinta-Nya tanpa kesadaran, atau sadar dari-Nya tanpa mabuk cinta-Nya, bahkan ada pula mereka yang tidak menetapi Suluk ataupun Jadzab, dan tidaklah keberadaan orang-orang yang terakhir ini melainkan mereka seperti sekumpulan keledai, atau hampir sama dengannya.

Dikutip dan diterjemahkan secara bebas dari kitab Rosa’il Imaamul Auliya’ Sidy Maulay Muhammad al-Arobiy ad-Darqowiy Qs. pada Risalah ke-6 & ke-61, Hal. 78 & 139 al-Majma’ at-Tsaqofi – Abu Dhabi 1999 M/1420 H.

Oleh : As’ad Syamsul Abidin