Sengkuni adalah kakaknya Dewi Gandari, pamannya para pangeran Kurawa. Sengkuni terkenal sangat licik, culas dan bengis. Walaupun demikian, selalu saja kalah langkah dari Sre Kresna. Setiap langkahnya selalu berhasil diendus dan didahului dengan kecerdikan Sre Kresna.

“Ponakan-ku Duryodhono, kecerdikan dan kelicikan pamanmu ini adalah yang terhebat di seluruh tanah Arya. Namun, Sre Kresna, dia jauh lebih cerdik, dia sangat lihai. Penciumannya sangat tajam, penglihatannya sangat jauh melampaui ruang dan waktu. Setiap langkah kita selalu berhasil diendus, diserobot dan dipatahkan. Bahkan tanpa kita sadari, Kresna sering sekali menunggangi skenario kita untuk memuluskan rencana para Pandawa”, ujar Sengkuni.

Prabu Salya Dijebak

Mendengar baratayudha akan segera berkecamuk, Prabu Salya segera mengkonsolidasi bala tentaranya untuk bergabung dengan pihak Pandawa. Prabu Salya sangat membenci pihak Kurawa yang sangat serakah, licik dan bengis. Kedua ponakannya, Nakula dan Sadewa, beserta ketiga saudaranya, Yudhistira, Bhima dan Arjuna, berulangkali mendapat perlakuan tidak adil, dianiaya oleh pihak Kurawa.

Berita keberangkatan Prabu Salya yang memimpin bala tentaranya sampai juga ke telinga Sengkuni dan Duryodhono. Sengkuni bersama ponakannya lalu mengatur siasat jahat untuk menjebak dan menyandera Prabu Salya dan bala tentaranya agar bergabung dengan pasukan Kurawa.

Sebetulnya, Sre Kresna telah mengendus rencana jahat Sengkuni tersebut. Namun, Kresna sengaja tidak mencegahnya. Kresna justru menunggangi skenario Sengkuni tersebut untuk maksud lain. Kelak, ketika berlangsung baratayudha, Prabu Salya ditugaskan untuk menjadi kusir nya Adipati Karna, musuh bebuyutannya Arjuna.

Meskipun ia berada di pihak Kurawa, namun sebenarnya Prabu Salya memihak dan mendoakan kemenangan bagi Pandawa.

Pada saat Adipati Karna bersiap melepas panah ke arah Arjuna, seketika itu Prabu Salya sengaja menghentakkan kakinya hingga kereta yang ditumpangi Karna amblas masuk ke dalam lumpur. Akibatnya, anak panah yang dilepaskan Karna pun meleset, hanya mengenai mahkotanya Arjuna.

Ketika Adipati Karna turun dari kereta untuk memperbaiki rodanya yang masuk ke dalam lumpur.  Arjuna tidak menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Kata pepatah, “momentum tak akan datang untuk kedua kalinya”. Panah pasopatinya Arjuna kemudian langsung melesat dan memenggal kepalanya Karna.

Kembali kepada kisah Prabu Salya yang dijebak untuk berada di pihak Kurawa. Duryodhono dan Sengkuni yang yang menanti kedatangan Prabu Salya, dengan sangat licik dan culas kemudian memerintahkan sejumlah perwiranya untuk menyambut Prabu Salya dan bala tentaranya.

Ratusan tempat peristirahatan dengan hiasan yang mewah sengaja dibangun di sepanjang jalan yang akan dilalui bala tentara Prabu Salya. Di tempat peristirahatan, mereka juga dijamu dengan aneka macam makanan dan minuman yang berlimpah. Mereka juga dihibur dengan berbagai pertunjukkan kesenian yang sangat menyenangkan.

Prabu Salya yang polos dan lugu itu mengira semua fasilitas dan acara penyambutan itu diatur oleh Yudhistira dari pihak Pandawa.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby