Tim 7 GNPF MUI menggelar konferensi pers mengenai pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo, Jakarta, Selasa (27/6). Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, pada Minggu (25/6). Sebelum pertemuan, GNPF MUI melakukan koordinasi dengan Habib Rizieq Syihab. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Ketua Umum PB HMI periode 2016-2018 Mulyadi P. Tamsir menyebut, gerakan aksi 212 pada dasarnya lahir diprakarsai oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI yang menyikapi peristiwa penistaan agama di Pilkada DKI Jakarta.

Terlebih, kata dia, gerakan itu memang hadir karena panggilan hati nurani dan keyakinan/akidahnya telah dinistakan. Kemudian, pasca gerakan 212 itu, mereka kembali berkumpul dan membentuk perkumpulan -perkumpulan alumni 212.

Tetapi, kata dia, perkumpulan tersebut tidak melibatkan seluruh elemen organisasi dan masyarakat yang hadir pada saat aksi 212. Sejalan dengan dinamika politik yang semakin hangat menjelang pemilu tahun 2019, perkumpulan ini malah berupaya menggiring spirit 212 ke arah politik praktis dengan dukungan ke pasangan Capres-Cawapres.

Menurut dia, perkumpulan itu bertentangan dengan niat suci gerakan 212 sebagai gerakan moral yang menuntut penegakan hukum atas tindak pidana penodaan agama.
Meyikapi kondisi tersebut , maka elemen masyarakat yang mengatasnamakan elemen muda 212 memberikan sikap sebagai berikut:

1. Kami adalah kelompok pemuda dan mahasiswa sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari gerakan aksi 411 dan 212.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara