Direktur Utama PT Madusari Murni Indah Tbk, Arief Goenadibrata (kanan) bersama Direktur Utama Bursa Efek Indonesia ,Inarno Djayadi melihat dari dekat layar lantai bursa disela sela pencatatan saham perdana PT Madusari Murni Indah Tbk (MOLI) di Main Hall,BEI,Jakarta, Kamis (30/8). MOLI tercatat sebagai emiten ke 34 di BEI di tahun 2018 dengan melepas 351.000.000 saham atau 15,03% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. MOLI adalah perusahaan holding yang menaungi PT Molindo Raya Industrial sebagai pabrik Ethanol dengan kapasitas produksi 80.000 KL per tahun, Perusahaan ini didirikan di Malang pada tahun 1965. AKTUAL/Eko S Hilman

Jakarta, Aktual.com – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan depan diperkirakan akan berada pada kisaran level support 6118-6148 dan resisten 6194-6257. Shooting star menyentuh area upper Bollinger band. MACD cenderung meningkat. RSI, Stochastic, and William’s %R kembali mendekati area overbought.

“Bertahan positifnya laju IHSG seiring masih adanya sejumlah sentimen yang direspon baik dapat membuka peluang kenaikan kembali. Akan tetapi, posisi IHSG yang telah menyentuh area upper bollinger band dapat menjadi riskan untuk terjadinya aksi profit taking,” ujar analis pasar modal Reza Priyambada di Jakarta, Minggu (16/12).

Menurutnya, sentimen yang ada tidak cukup baik mendukung kenaikan lanjutan, maka IHSG pun dapat berbalik melemah. Diharapkan sentimen dari dalam negeri masih dapat positif untuk menjaga tren kenaikan IHSG.

“Meski demikian, tetap mewaspadai terhadap aksi ambl untung lanjutan dan adanya sentimen yang dapat membuat laju IHSG kembali melemah,” jelasnya.

Pada pekan kemarin, laju IHSG berbalik melemah di akhir pekan seiring pelemahan bursa saham AS setelah terjadinya aksi ambil untung. Aksi jual investor asing yang dibarengi dengan berbalik melemahnya Rupiah memberikan tekanan pada IHSG. Asing mencatatkan nett sell Rp 2,31 triliun dari pekan sebelumnya nett sell Rp 764,91 miliar. Kembalinya aksi jual membuat IHSG tercatat jual bersih asing Rp 48,81 triliun di atas sebelumnya yang masih net sell Rp 46,51 triliun (YTD).

 

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka