Petani menanam ulang padi di lahan yang tanaman padi sebelumnya rusak dan gagal tumbuh akibat diterjang banjir di Ngawi, Jawa Timur, Minggu (4/12). Sejumlah petani di kawasan tersebut menderita kerugian akibat tanaman padi yang berumur sekitar dua minggu rusak dan gagal tumbuh akibat terendam banjir sehingga harus melakukan tanam ulang. ANTARA FOTO/Siswowidodo/aww/16.

Semarang, Aktual.com – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus mendorong perbaikan sistem informasi pertanian sebagai upaya pendataan terkait program petani agar semakin baik,sekaliguss untuk menghindari inflasi.

“Hal itu diperlukan karena sektor pertanian selama ini menjadi penyumbang inflasi yang cukup besar, karena hasil pertanian masuk dalam kelompok ‘volatile food’ (komponen bergejolak),” kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Semarang, Rabu (27/2).

Ganjar menyebutkan sebenarnya komponen bergejolak cukup banyak, namun yang paling besar pengaruhnya sebagai penyumbang inflasi adalah beras, meskipun tidak menutup kemungkinan produk pertanian lain juga berpotensi menyumbang inflasi.

Khusus untuk beras, lanjut Ganjar, Pemprov Jateng sudah membuat “Rice Market Center” yang dapat digunakan untuk pengendali harga, namun itu tidak cukup karena harus ada upaya sistematisasi pertanian di tingkat hulu.

“Nah ini yang sedang kami kejar, kami ingin membuat sistem informasi pertanian untuk memantau luas lahan, hasil produksi, pasar, dan data-data lain untuk menjaga kestabilan harga,” ujarnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Abdul Hamid