Jakarta, Aktual.com – PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI) menargetkan kontribusi pendapatan melalui pasar internasional dapat menyentuh porsi 50 persen pada 2019.

Optimisme emiten bengkel pesawat itu terlihat dari pertumbuhan pasar internasional yang terus melonjak dari tahun ke tahun.

Menurut Direktur Utama GMFI Iwan Joeniarto, pada tahun 2016 lalu porsi pasar internasional hanya 10 persen dan 90 persen domestik.

“Tapi hingga kuartal III 2018 saja, porsi pendapatan GMFI dari pasar internasional sudah mencapai 30%. Dan yang 70% masih didominasi oleh pasar domestik,” ujar dia usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), di Kawasan Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Selasa (6/11).

Iwan menegaskan, saat ini anak usaha dari PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk itu tengah menjajaki kerja sama dengan beberapa negara dalam penyediaan jasa perawatan pesawat.

Seperti dilakukan dengan pihak Uni Emirat Arab (UEA) dan Australia. Untuk ekspansi di UEA, GMFI masih dalam masa penjajakan dengan mencati rekanan. Nantinya GMFI akan bertindak sebagai operator jasa layanan perawatan pesawat.

Sedang untuk kerja sama dengan Australia perseroan menargetkan bisa membuka kantor cabang terlebih dahulu.

“Dan itu dimulai dengan melakukan perawatan pesawat skala kecil. Sementara utuk perawatan skala besar kami akan kirim ke Indonesia. Tapi itu pun tidak di Jakarta, minimal yang dekat dari Australia,” jelas dia.

Langkah perseroan seperti itu penting dilakukan di tengah kondisi kenaikan harga bahan bakar dan tren pelemahan rupiah. Sehingga bagi GMFI perluasan pasar internasional menjadi sangat prioritas.

Hal ini juga sejalan dengan target perseroan yang ingin memperbesar porsi pendapatan dari non afilias atau di luar dari Grup Garuda. Hingga kuartal III-2018 sudah mencapai 56,7% berbanding 43,3% untuk grup afiliasi dan non afiliasi. Di tahun sebelumnya masi dengan porsi 65,3% : 34,7%.

“Tahun depan, pendapatan dari porsi non afiliasi bisa lebih besar. Sekitar 53%-54%,” kata Iwan.

Selain itu, lanjut dia, GMFI juga terus menggenjot perolehan kontrak dengan maskapai luar untuk pelayanan perawatan pesawat. Seperti dengan Bangkok Airways, maskapai Bangladesh, maskapai Filipina, dan maskapai India.

Sekadar informasi, kinerja perseroan per 30 September 2018, pendapatan usaha GMF AeroAsia tumbuh 7,78% menjadi US$ 334,69 juta. Namun laba tahun berjalan justru menyusut 29,28% menjadi US$ 26,98 juta. Penyebabnya, beban usaha GMF AeroAsia yang naik 15,82% menjadi US$ 295,68 juta di kuartal III 2018.

Sementara itu, dari hasil RUPSLB pemegang saham memutuskan untuk adanya perubahan beberapa pasal di Anggaran Dasar (AD) dan perombakan jajaran komisaris dan direksi.

Sehingga susunan pengurus perseroan hasil keputusan RUPSLB adalah sebagai berikut:

Direksi: Iwan Joeniarto (Direktur Utama), Tazar Marta Kurniawan (Direktur Independen), Asep Kurnia (Direktur), Edward Okky Avianto (Direktur), Beni Gunawan (Direktur).

Komisaris: I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra (Komisaris Utama), Ali Gunawan (Komisaris Independen), I Wayan Susena (Komisaris).

Artikel ini ditulis oleh: