“Tapi, kalau bisa membangun skema bersama yang menjadi dasar terbentuknya aliansi strategis dengann mengerucut ke dukungan formasi politik yang paling bisa diandalkan, tentu akan lebih power full.Tapi kalau tidak, maka konsekuensinya seperti 2014, ada yang ke sana dan kemari. Padahal, kalau diliat secara agenda besarnya sebetulnya sama, yakni perbaikan nasib, hubungan kemitraan antar perburuhan dengan pengusaha harus lebih setara, win-win solution tidak main eksploitasi, dan itu semua sama.”

Oleh karena itu, Hendrajit mengaku tidak heran bila kemudian gerakan buruh dalam pertarungan politik, buruh hanya terjebak pada janji-janji manis politik dalam rangka memperjuangkan nasib para pekerja.
“Makannya saya heran kemudian tidak bisa disatu payungkan, apalagi di dalam pertarungan ketika otoritas politik menjadi penentu soal jaminan itu, akibatnya yang terjadi hanya janji-janji saja, seprti yang dilakukan Jokowi yang janjinya selangit, tetapi di perburuhan mana? Soal outsourcing saja tidak selesai,” pungkas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Novrizal Sikumbang