Dalam aksinya para driver Grabike meminta perusahaan menaikkan tarif dari Rp 1.500 per kilometer menjadi Rp 2.500 per kilometer, Forum Gabungan GrabBike Bersatu juga meminta perusahaan mempekerjakan lagi driver GrabBike yang diputus kemitraannya karena aksi one day no bit atau tidak beroperasi pada tanggal 16 Desember 2016 lalu. AKTUAL/Munzir

Jakarta, Aktual.com – Aksi unjuk rasa sampai menginap kembali dilakukan anggota Aliansi Nasional Driver Online (Aliando) di depan gedung Lippo, Kuningan, Selasa-Rabu (13-14/11).

Namun sayangnya, pihak GRAB Indonesia tetap cuek dan bersikukuh tidak ingin menemui para mitranya tersebut.

Merekpun terpaksa menginap di trotoar depan kantor GRAB dengan hanya beralaskan spanduk, terpal, dan alas seadanya. Dan hingga Rabu pagi ini keberadaan mereka masih terlihat di lokasi. Masih menunggu tanpa kepastian dari manajemen GRAB Indonesia.

“Kami menyesalkan untuk yang kedua kalinya Ridzki (Ridzki Kramadibrata-Managing Director GRAB) lagi-lagi menolak untuk duduk bersama membahas aspirasi yang kami sampaikan,” ungkap Koordinator Aliando, Rantoni Sibarani, di Jakarta, Rabu (14/11).

Aksi para mitra driver ini dilakukan untuk membuktikan perjuangan tak kenal lelah. Sekaligus sebagai cara mengetuk hati manajemen GRAB Indonesia yang menurutnya masih saja tidak peduli nasib para mitra.

”Anggota kami mematuhi hukum. Walaupun kami menginap di kantor GRAB, mobil anggota Aliando yang menginap diparkir di halaman parkir Monas agar tidak mengganggu masyarakat dan mematuhi aturan kepolisian,” tegasnya.

Aliando sendiri mengusung 9 poin aspirasi pada aksinya itu. Dan dari 9 itu, kata dia, setidaknya ada tiga poin saja yang ingin disampaikan dan direspon oleh GRAB Indonesia.

“Kami mengusulkan 3 dari 9 aspirasi, yang pertama adalah pembenahan sistem suspend berdasarkan klarifikasi kepada mitra driver. Kedua menyusun standar pelayanan minimal (SPM) agar pelayanan pengemudi GRAB kepada penumpang semakin berkualitas, dan ketiga perjanjian kemitraan antara aplikator dan mitra,” paparnya.

Setidaknya, Rantoni meminta, ketiga usulan itu saja yang ditampung GRAB terlebih dahulu. Namun sayangnya, Ridzki tidak merespon tuntutan tersebut.

“Sedangkan GO-JEK menampung aspirasi kami dengan melakukan kesepakatan tertulis. Hal ini memberi harapan kepada kami untuk menjalin hubungan timbal balik yang positif,” ujarnya mencontohkan sikap Go-Jek yang responsif.

Sebelum ke kantor GRAB, pada Selasa (13/11) Aliando memang penyampaian aspirasi yang sama, dilakukan di kantor GO-JEK di kawasan Blok M, Jakarta Selatan.

Di perusahaan aplikator dalam negeri itu, Aliando disambut dengan mediasi antara pihaknya dan GO-JEK. VP Corporate Affairs GO-JEK, Michael Say, menyebut pada intinya GO-JEK selalu mendengarkan aspirasi dari berbagai komunitas, yang konsutruktif dan membangun demi kebaikan bersama.

”Sebelumnya kami telah melakukan mediasi untuk mencari jalan tengah. Terkait tuntutan open suspend tanpa syarat, kami tegaskan bahwa hal tersebut merupakan tuntutan yang dapat merugikan banyak pihak,” ungkap Michael.

Meski begitu, katanya, semangat GO-JEK tetap dan terus sama bagaimana berjuang untuk kesejahteraan mitra. Makanya, pihaknya fokus  memerbaiki sistem suspensi yang lebih komperhensif dan prosesnya melibatkan para mitra driver.

Selain itu, berbagai program kesejahteraan khusus mitra driver, seperti program GO-JEK SWADAYA terus diupayakan. Melalui kesempatan itu Michael mengajak mitra untuk ikut Kopdar yang rutin dilaksanakan oleh GO-JEK.

“Sebagai wadah dialog, Kopdar merupakan cara yang baik dan efektif untuk melakukan diskusi dua arah langsung bersama manajemen GO-JEK,” tutup Michael.

Artikel ini ditulis oleh: