Tidak hanya itu kami juga merekomendasikan agar pengetahuan tentang mengenali dan menghindari produksi fake news dengan cara membuat aplikasi dan game online. Game ini dapat berupa mengajari mahasiswa misalnya bagaimana memproduksi berita bohong. Ketika mereka tahu proses dan bagaimana bahayanya membuat berita bohong, justru ini yang menjadi kunci melahirkan para marketing anti hoaks.

Selain itu Devie yang juga Ketua Program Studi Vokasi Humas UI mengusulkan agar platform media sosial memberikan insentif (positive reinforcement) kepada semua pengguna platform yang justru aktif menyebarkan berita positif. Insentif beragam dari mulai pemeringkatan di social media hingga insentif nyata berupa jalan-jalan dan sebagainya, akan membuat pengguna terdorong untuk melakukan verifikasi.

Untuk itu diperlukan juga perlindungan hukum bagi para petugas pengecek fakta (fast checker), agar ketika mereka menyampaikan kebenaran bahwa sebuah berita adalah berita bohong, mereka bukan kemudian menjadi sasaran amuk dan tuntutan hukum dari para produsen hoaks.

Pengalaman dari 15 negara benar-benar membuat kami optimis bahwa pekerjaan besar ini dapat terus dilakukan. Mengingat salah satu kunci mengurangi lahirnya aksi terorisme ialah dengan membuka perspektif dan pengetahuan masyarakat melalui program literasi media dan berita.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Abdul Hamid