Sektor Pariwisata

Dari sektor pariwisata, Menteri Pariwisata Arief Yahya memaparkan, pertumbuhan pariwisata Indonesia Januari-Desember 2017 mencapai 22%. Angka pertumbuhan ini di atas rata-rata pertumbuhan turisme dunia 6,4%, dan pertumbuhan ASEAN 7%. Meski demikian Vietnam tumbuh lebih baik mencapai 29% karena melakukan banyak deregulasi. Malaysia hanya tumbuh 4%. Begitu pula dengan Thailand.

Arief Yahya menerangkan, Presiden Jokowi sejak awal menginginkan pariwisata menjadi penghasil devisa terbesar, kini pariwisata sudah menjadi penyumbang devisa nasional nomor empat terbesar setelah industri kelapa sawit (CPO), migas, dan batu bara.

Menteri Pariwisata Arief Yahya (Foto: Dok FMB9)
Menteri Pariwisata Arief Yahya (Foto: Dok FMB9)

Sumbangan devisa dari sektor pariwisata meningkat sejak tahun 2015 dari US$12,2 miliar, pada 2016 menjadi US$13,6 miliar dan pada tahun 2017 naik lagi menjadi US$15 miliar. Diharapkan pada tahun ini sektor pariwisata meraup devisa hingga US$17 miliar. Sedangkan, proyeksi tahun 2019 sebesar US$20 miliar.

Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara terus melejit dari tahun 2015 sebanyak 9,7 juta, pada tahun 2016 menjadi 11,5 juta, tahun 2017 sebanyak 14 juta. Adapun sampai Agustus 2018, jumlah turis asing sudah mencapai 10,58 juta dari target 17 juta wisman.

Kunjungan pelancong Nusantara juga menunjukkan hal menggembirakan. Sejak tahun 2015 sebanyak 255 juta, tahun 2016 berkembang lagi menjadi 264 juta, dan tahun 2017 meningkat lagi menjadi 271 juta.

 

Sektor Telekomunikasi

Tidak berbeda dengan infrastruktur lain, terkait Telekomunikasi yaitu peningkatan daya saing yang berfokus pada konektivitas dan arus informasi.  Kondisi infrastruktur telekomunikasi di Asia masih berada di nomor 4. Oleh karenanya harus diambil langkah percepatan demi meningkatkan infrastruktur ICT di Indonesia.

“Berbicara tentang ICT, itu terdiri dari pipa dan konten. Pipa tanpa konten tidaklah bermanfaat, demikian juga sebaliknya. Sedangkan fokus pembangunan, bagaimana agar pembangunan tidak lagi Jawa sentris, tapi Indonesia sentris,” kata Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara.

Terkait itulah, Rudiantara menjelaskan tentang bagaimana membangun kawasan perbatasan, akses informasinya, membangun ekonomi kreatif, dan penanggulangan masalah konten.

“Pak Jokowi bahkan sudah mengatakan ketika berada di Silicon Valley, pada 2020 Indonesia akan menjadi ekonomi terbesar di Asia. Angkanya, senilai USD130 miliar. Oleh karena itulah, di perbatasan dibangun yang namanya akses. Ada sekitar 300 lebih BTS atau akses internet dibangun di perbatasan,” katanya.

Pembangunan ICT tersebut, menurut Rudiantara, digelar seiring dengan pembangunan infrastruktur jalan yang dilakukan oleh Kementerian PU. “Jadi PU membangun fisik jalan, kami bangun ICT di sampingnya,” kata dia.

Pembangunan juga dilakukan, menurut Rudiantara, di daerah-daerah yang masuk dalam Perpres 131, yakni tentang wilayah terluar, terpencil, dan terisolasi. Sehingga, kelak semua akses jaringan internet cepat dapat diperoleh secara gratis. “Memang kebanyakan untuk sekolah, kantor desa, dan juga puskesmas,” tuturnya.

Pembangunan infrastruktur serupa itulahcyang akan menjadi legacy ke depan. Sehingga, sambung dia, bagaimana akses internet kecepatan tinggi ada di semua kabupaten dan kotamadya. “Targetnya, pada 2019 sudah beroperasi semua. Salah satunya, bisa diinformasikan bahwa untuk pembangunan konstruksi infrastuktur di Morotai, sudah 99 persen,” katanya.

Terkait daya jangkau, Jakarta sudah lebih baik dari Bangkok dan Kuala Lumpur. Kendati masih di belakang Malaysia dan Thailand. Coverange 4G kini sudan 423 kabupaten atau 82 persen. Sedangkan untuk kecamatan, sudah 5.300 kecamatan.

Next: Perdagangan dan Infrastruktur

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka