Karyawan memperlihatkan uang pecahan dolar Amerika Serikat di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (4/9/2018). Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS melemah menjadi Rp14.940 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Indonesia punya sejarah pahit mengenai krisis moneter, yaitu yang terjadi 20 tahun silam, tepatnya pada 1998. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Meski Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi masih melanjutkan penguatan yang terjadi dalam tiga hari beruntun.

Kurs rupiah menguat tiga poin menjadi Rp14.230 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.233 per dolar AS.

Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih mengatakan penguatan rupiah terjadi seiring dengan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (Fed), yang diprediksi tidak akan menaikkan suku bunga.

“Bank Sentral AS, The Fed, yang melakukan pertemuan FOMC pada 19-20 Maret ini, kemungkinan akan tetap mempertahankan suku bunganya di 2,5 persen sebagaimana saat ini,” ujar Lana, Rabu (20/3).

Ekspektasi tersebut, lanjut Lana, sesuai dengan pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell yang menilai suku bunga Fed Fund Rate (FFR) saat ini sudah mendekati normalnya, ditambah data-data ekonomi AS yang relatif belum menunjukkan perubahan signifikan.

Hasil pooling Bloomberg mencatat, lebih dari 90 persen analis memperkirakan The Fed akan memutuskan suku bunga tetap pada FOMC yang digelar pada hari ini, waktu setempat.

Artikel ini ditulis oleh: