Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto (kanan) disaksikan Ketua KPU Arief Budiman (tengah) bersiap mengikuti debat capres 2019 putaran kedua di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2/2019). Debat kedua yang hanya diikuti capres tanpa wapresnya itu mengangkat tema energi dan pangan, sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta infrastruktur. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Calon presiden Joko Widodo serta Prabowo Subianto diharapkan melakukan klarifikasi isu ideologi yang selama ini muncul, dalam debat capres keempat pada 30 Maret 2019 dengan tema ideologi, pemerintahan, keamanan, dan hubungan internasional.

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago dihubungi di Jakarta, Rabu (27/3), menilai tuduhan yang beredar soal Jokowi merupakan PKI dan paham komunis akan bangkit lagi serta soal Prabowo yang ditunggangi eks HTI perlu diluruskan.

“Yang dituduhkan seperti Prabowo dan HTI mengancam ideologi Pancasila dan kebhinnekaan harus dituntaskan agar makin tenang dan tidak keruh,” kata Pangi.

Prabowo, menurut dia, sebaiknya melakukan klarifikasi tuduhan apabila terpilih akan mengubah negara menjadi kekhalifahan karena didukung eks HTI.

Sementara Jokowi meskipun telah menampik tudingan memiliki hubungan dengan PKI, untuk meluruskan pandangan masyarakat, dinilai tetap perlu melakukan klarifikasi dalam debat agar tidak ada lagi kecurigaan apabila terpilih komunis akan bangkit dan ulama tidak dihormati.

Pangi berpendapat saling klaim atau tuding siapa lebih Islami atau nasionalis perlu dihindari dalam debat karena berpotensi menghadirkan gesekan.

“Kalau dihadapkan kelompok nasionalis dan Islam tidak bagus juga, klaim juga tidak bagus karena mendamaikan dua ideologi itu justru yang ditunggu masyarakat,” tutur Pangi.

Sementara itu, yang dinilai dalam debat, ujar dia, antara lain konten dan narasi yang disampaikan capres dalam debat, adanya ide pembaruan serta dialektika pemikiran yang memberikan harapan baru karena menjawab persoalan.

Selanjutnya bahasa tubuh serta posisi menyerang atau bertahan pun diperhatikan masyarakat karena debat juga menjadi ajang ujian moral, misalnya siapa lebih rendah hati dan bijak.

“Nilai humanisme, sisi populis menjadi penting jadi bahasa tubuh dilihat siapa yang meremehkan atau mengapresiasi,” tutur dia.

Terakhir masalah teknis soal ketepatan waktu menjawab serta pertanyaan kepada pihak lain bagus atau tidak dan gaya komunikasi juga perlu diperhatikan.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Arbie Marwan