Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Arief Budiman (tengah) bersama Paslon Capres - Cawapres no urut 01 Joko Widodo dan Ma'ruf Amin serta Paslon Capres - Cawapres no urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno sebelum debat penyampaian visi misi saat acara debat capres di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (17/1). debat pertama dua calon presiden dan calon wakil presiden ini memaparkan visi dan misinya tentang isu penegakan hukum, korupsi, HAM dan terorisme. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, aktual.com – Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio, memprediksikan tema pangan bakal ramai diperbincangkan pada debat calon presiden (capres) mendatang.

“Kalau tema apa yang sekiranya akan ramai, saya kira soal pangan, karena pada pemerintahan Jokowi bisa dibilang belum bisa swasembada pangan,” kata Hendri Satrio di Jakarta, Selasa (12/2).

Hendri menilai pemerintahan Jokowi masih banyak impor beberapa bahan pangan yang membuat swasembada pangan kurang berhasil, sementara capres lainnya Prabowo dan kubunya semangat mencanangkan soal swasembada pangan.

“Nanti sepertinya, soal pangan akan lebih banyak ditanyakan oleh Prabowo, dan Jokowi akan pamer capaian lainnya seperti infrastruktur dan energi,” katanya.

Oleh karena itu, Hendri mengingatkan agar kedua capres menyiapkan soal data, sehingga adu argumen akan lebih jelas, tidak asal menjawab.

Isu pangan merupakan salah satu topik dalam tema Debat Capres tahap II yang akan digelar pada Minggu, 17 Februari 2019, selain energi, infrastruktur, sumber daya alam, dan lingkungan hidup.

Berbagai cara ditempuh pemerintah untuk meningkatkan produksi, salah satu yang gencar dilakukan adalah optimalisasi lahan rawa menjadi sawah atau lahan pertanian.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman pada tahun 2019 memfokuskan optimalisasi lahan rawa menjadi lahan sawah yang produktif dengan target mencapai 500.000 hektare.

“Rencana optimalisasi tahun ini sekitar 500.000 hektare. Lahan rawa ini adalah lahan tidur yang harus dioptimalkan,” kata Mentan.

Ia mengatakan optimalisasi lahan rawa akan dilakukan di lima provinsi, yakni Kalimantan Selatan, Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan dan dua wilayah baru tambahan di Bengkulu dan Jambi.

Menurut dia, dengan penggunaan bibit yang sesuai dengan lahan rawa, produktivitas padi bisa meningkat sampai tiga kali lipat, yakni dari dua ton per hektare menjadi enam ton per hektare, dan waktu tanam maksimal tiga kali setahun.

Ant.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Zaenal Arifin