Jenewa, Aktual.com – Dalai Lama menghadiri pertemuan penerima Penghargaan Nobel Perdamaian di Jenewa pada Jumat (11/3) waktu setempat, mengutarakan tekanan China terhadap kampungnya Tibet meskipun Beijing mendesak masyarakat menjauhi kegiatan tersebut.

China pada pekan ini menyurati diplomat dan pejabat PBB, meminta mereka tidak menghadiri pertemuan di Lembaga Lulusan Jenewa itu, dengan mengatakan bahwa mereka menentang kehadiran pemimpin kerohanian Tibet terasingkan itu di semua tempat pertemuan karena gerakan pemberontakannya.

“Satu bagian dari otak manusia biasanya mengembangkan hakikat umum. Beberapa dari pegaris keras tidak memiliki bagian itu di otak mereka,” kata Dalai Lama yang mengenakan jubah merah kepada hadirin, yang terdiri atas pelajar dan diplomat, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (12/3).

Sebelumnya, dia mengatakan kepada wartawan, “Di mana nama saya tercantum maka di sanalah mereka biasanya melakukan protes. Saat ini, itu menjadi rutinitas baru, normal, tidak ada yang khusus.”

Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataan mengatakan menyampaikan keluhan kepada Amerika Serikat, yang menjadi sponsor acara tersebut dengan Kanada, dan mengatakan bahwa mereka menyampaikan kekecewaan mendalam terhadap Washington.

Dalai Lama bukanlah seorang sosok yang murni keagamaan, namun seseorang yang terlibat dalam aktivitas separatis anti-China dalam waktu yang lama, kementerian mengatakan.

“Dia merupakan pemilik hamba terbesar di Tibet tua, dan tidak memiliki kualifikasi apapun untuk berbicara mengenai hak asasi manusia,” tambahnya, mengacu kepada saat sebelum yang disebut China sebagai “pembebasan damai” terhadap wilayah pedalaman Himalaya pada 1950 itu.

PBB juga perlu untuk menghormati prinsip dari undang-undang mereka sendiri dan menghormati serta mendukung sejumlah usaha para negara anggota mereka untuk mempertahankan kedaulatan dan keutuha wilayah masing-masing, tambahnya.

Pertemuan yang berlangsung selama dua jam itu dipimpin oleh Wakil Komisi Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, Kate Gilmore, bersama dengan penerima Nobel dari Yaman dan Iran.

Dalai Lama mengasingkan diri ke India pada 1959 setelah adanya pemberontakan terhadap kekuasaan Komunis.

Beijing menyalahkan dirinya atas kekacauan yang terjadi di wilayah Tibet dan pengorbanan dirinya yang telah merenggut nyawa dari lebih 140 orang sejak 2011, dan mengatakan bahwa dia menginginkan kemerdekaan untuk tempat asalnya.

Dia menyangkal tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa dirinya hanya menginginkan otonomi murni untuk Tibet.

Kelompok Buddhist pemimpin gerakan sedunia terkait pelecehan terhadap Dalai Lama menghentikan kegiatan unjuk rasanya dan membubarkan diri, kata pernyataan di laman resminya.

Penyelidikan media mengungkapkan pada Desember bahwa Komunitas Shugden Internasional (ISC) ternyata didukung oleh Partai Komunis China, yang berkuasa.

Dalai Lama mengatakan kepada media pada Jumat bahwa dia mengetahui alasan yang melatarbelakangi bubarnya ISC. Dia juga mengatakan kepada para jurnalis bahwa dia belum menerima undangan resmi untuk mengunjungi Taiwan.

Akan tetapi, keputusan terkait undangan dari Taiwan itu sepenuhnya menjadi hak pemerintah pulau demokratis yang diklaim Beijing tersebut.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara