Beijing, Aktual.com – Kendali Partai Komunis atas agama di Tibet dapat meningkat, kata pernyataan petinggi negara itu pada Kamis, yang bertekad meningkatkan upaya memaparkan “niat menyeramkan” pemuka agama terasingkan, Dalai Lama.

Pasukan China bergerak dan menguasai Tibet pada 1950, yang disebut Beijing “Pembebasan Secara Damai”. Kelompok hak asasi mengatakan China menginjak-injak kebudayaan dan keagamaan Tibet serta menuduh Beijing berbohong.

Dalai Lama, yang dikecam Beijing sebagai pemberontak berbahaya, melarikan diri ke India pada 1959 setelah gagal mengobarkan perlawanan terhadap China. Dia mengatakan hanya menginginkan otonomi daerah sederhana bagi tanah airnya.

Dalam kutipan pidato pada kebijakan keagamaan, yang dibawakan media resmi “Tibet Daily”, Ketua Partai Komunis Tibet Wu Yingjie mengatakan Buddha Tibet memiliki tradisi indah pada patriotisme dan memberi iuran penting dalam menjaga persatuan bangsa.

Namun, Buddha Tibet harus berubah seiring dengan waktu dan pada saat bersamaan secara turun-temurun dan mengajarkan ajaran tradisionalnya, hal tersebut membutuhkan fokus lebih untuk mengajarkan manfaat harmoni sosial dan berjalan dengan waktu,” kata Wu.

“Kepemimpinan partai yang bekerja untuk agama hanya bisa diperkuat dan bukan diperlemah,” katanya menambahkan.

Wu, yang memegang jabatannya pada bulan Agustus, menggunakan salah satu pidatonya beberapa bulan kemudian untuk mengecam Dalai Lama, memberikan sinyal bahwa ketegasan Beijing sepertinya tidak akan berubah di bawah kepemimpinannya.

Dia melanjutkan dengan tema sama pada tanggapan terakhirnya tentang hal tersebut.

“Melanjutkan memperdalam pemaparan dan kekritisan dari persekongkolan politik Dalai Lama adalah kesalahan dalam agama. itu metode yang menipu,” katanya menegaskan.

“Mengajari dan membimbing biksu, biksuni, dan penyembah secara luas untuk mengenali secara jelas kebiasaan reaksioner dan niat menyeramkan dari persekongkolan Dalai Lama untuk memecah belah negeri,” katanya.

Pengikut keyakinan perlu membuat sebuah garis jelas di pasir antara dirinya dan Dalai Lama dan memahami bahwa persatuan dan stabilitas adalah hal baik sedangkan separatisme dan kekacauan adalah hal buruk, kata Wu menambahkan.

China mengatakan peraturan tersebut telah membawa kesejahteraan dan stabilitas, menolak klaim dari pengasingan Tibet dan hak kelompok penindas secara luas.

Perwakilan Dalai Lama, peraih hadiah Nobel, mengadakan sejumlah pembicaraan dengan China hingga 2010 namun pembicaraan resmi berhenti di tengah pergantian pemimpin di Beijing dan penindasan di Tibet.

ANT

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Arbie Marwan