Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) melakukan aksi kawal Pilkada DKI 2017 di Jakarta, Minggu (5/2/2017). Dalam aksi tersebut mereka mengajak masyarakat DKI mengawal Pilkada DKI. AKTUAL/Munzir
Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) melakukan aksi kawal Pilkada DKI 2017 di Jakarta, Minggu (5/2/2017). Dalam aksi tersebut mereka mengajak masyarakat DKI mengawal Pilkada DKI. AKTUAL/Munzir

Jakarta, Aktual.com – Peneliti politik The Indonesian Institute Fadel Basrianto mengatakan kalau saat ini pasangan calon peserta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden RI beserta tim suksesnya serta calon anggota legislatif perlu mewawas diri dengan munculnya gerakan golongan putih (golput) dari kalangan milenial.

Fadel Basrianto menilai generasi milenial saat ini tengah memainkan politik pasif sebagai upaya menekan partai politik dan pasangan calon peserta Pilpres 2019 memberikan pendidikan politik substansial dalam pemilu.

Ancaman golput itu, kata Fadel Basrianto, di Jakarta, Senin (21/1), secara tidak langsung mendesak partai politik dan dua pasangan calon presiden dan wakil presiden memberikan pendidikan politik dengan baik.

Kendati demikian, kata dia, cara ini tidak akan banyak membuat perubahan, namun dapat menjadi signifikan jika seluruh kalangan milenial mengikuti langkah mereka.

Hal ini mengingat jumlah pemilih milenial dalam Pemilu 2019 sekitar 40 persen dari total nama di daftar pemilih tetap (DPT) atau sebanyak 74.292.837 orang bila DPT-nya ada 185.732.093 nama.

Pernyataan Fadel ini perlu disikapi oleh pemangku kepentingan pemilu, terutama penyelenggara dan peserta pemilu, untuk ikut menekan angka golput yang pada Pilpres 2014 mencapai 58.990.183 orang atau 30,42 persen dari total pemilih sebanyak 190.307.134 orang.

Persentase ini meningkat dari data masyarakat yang tidak menyalurkan hak pilihnya pada pilpres, 8 Juli 2009, sebanyak 27,43 persen (48.383.401 orang).

Artikel ini ditulis oleh: